Kitab Kejadian pasal 38 menyajikan salah satu narasi yang paling menarik dan penuh pelajaran moral di dalam Alkitab. Ayat ketiga secara spesifik memperkenalkan Yehuda, salah satu dari dua belas putra Yakub, dan langkah penting dalam kehidupannya: pernikahannya. Frasa "mengawini seorang perempuan Kanaan" sangat krusial karena menunjukkan penyimpangan dari kebiasaan leluhurnya yang seharusnya menikahi perempuan dari keluarga yang memiliki hubungan iman dengan perjanjian Allah. Abraham, kakek Yakub, telah secara tegas memerintahkan budaknya untuk pergi ke Mesopotamia mencari istri bagi Ishak, cucunya, dari antara sanak saudaranya (Kejadian 24). Perintah ini bertujuan untuk menjaga kemurnian garis keturunan dan kesetiaan pada janji Allah. Keputusan Yehuda untuk menikahi seorang perempuan Kanaan menunjukkan adanya kompromi dan hilangnya fokus pada tujuan ilahi. Kanaan sendiri adalah negeri yang dikenal karena praktik keagamaan dan budaya yang menyimpang dari ajaran Tuhan. Pernikahan ini bukan sekadar urusan pribadi, melainkan sebuah indikasi pergeseran nilai dalam keluarga Yakub. Ayat ini juga mencatat bahwa Yehuda "menghampirinya," sebuah ungkapan yang menunjukkan bahwa pernikahan tersebut kemudian dilanjutkan dengan hubungan suami istri, yang pada akhirnya akan menghasilkan keturunan. Narasi Yehuda dan Tamar yang dimulai dari ayat ini terus berlanjut dengan serangkaian peristiwa yang rumit dan penuh pelajaran. Kisah ini menggali tema-tema seperti ketidaktaatan, dosa, konsekuensi, dan khususnya, bagaimana Allah dapat bekerja melalui kelemahan dan bahkan dosa manusia untuk menggenapi rencana-Nya. Dalam konteks sejarah keselamatan, keturunan dari hubungan Yehuda dan Tamar ini kelak akan menjadi bagian dari garis keturunan Yesus Kristus, sang Mesias. Hal ini menekankan kebesaran anugerah Allah yang dapat memulihkan dan menggunakan segala sesuatu, bahkan dari keputusan-keputusan yang keliru sekalipun, untuk kemuliaan-Nya. Kejadian 38:3 bukan hanya pengenalan akan sebuah pernikahan, tetapi pembuka jalan bagi sebuah kisah yang mengungkapkan kedalaman iman, kerapuhan manusia, dan kedaulatan Allah yang tak terbatas. Pemahaman akan ayat ini membuka pintu untuk merenungkan bagaimana pilihan-pilihan kita, baik yang benar maupun yang salah, dapat memiliki dampak jangka panjang dan bagaimana Allah tetap bekerja dalam setiap aspek kehidupan kita.