Kejadian 38:4

"Ia menjadi hamil lagi dan melahirkan seorang anak laki-laki. Katanya: "Sekarang aku akan memuji TUHAN." Sebab itu ia menamai anak itu Yehuda."

Simbol Alkitabiah

Kisah Yehuda dan Tamar: Sebuah Permulaan yang Tak Terduga

Pembukaan kitab Kejadian memuat banyak kisah yang membentuk fondasi spiritual dan historis bagi umat pilihan Allah. Salah satu narasi yang sering kali menarik perhatian, dan terkadang menimbulkan kebingungan, adalah yang tercatat dalam pasal 38. Ayat keempat dari pasal ini secara spesifik menyebutkan seorang perempuan yang melahirkan anak laki-laki dan menamainya "Yehuda", yang berarti "pujian". Ini adalah momen penting, bukan hanya bagi ibu tersebut, tetapi juga bagi garis keturunan yang akan berasal darinya.

Konteks ayat ini adalah kisah Yehuda, anak keempat Yakub, dan hubungannya yang rumit dengan Tamar, menantu perempuannya. Setelah kematian Er, putra sulung Yehuda, hukum levirat mengharuskan Yehuda untuk menikahkan adiknya, Onan, dengan Tamar. Namun, Onan, yang takut benihnya akan hilang untuk saudaranya yang sudah meninggal, menumpahkan benihnya ke tanah agar tidak memberikan keturunan kepada Er. Akibat perbuatannya yang egois, TUHAN membunuhnya.

Di sinilah peran Tamar menjadi sangat sentral. Setelah kematian Onan, Yehuda, yang merasa ragu untuk menyerahkan putra bungsunya, Sela, kepada Tamar, menyuruh Tamar untuk kembali ke rumah ayahnya dan menunggu sampai Sela dewasa. Namun, waktu berlalu, dan Yehuda tidak memenuhi janjinya. Tamar, yang kini berada dalam situasi yang sangat rentan tanpa perlindungan suami atau calon mertua, memutuskan untuk mengambil tindakan drastis.

Peran Tamar dan Makna Nama "Yehuda"

Kejadian 38:4 mencatat momen ketika Tamar, yang sebelumnya telah kehilangan dua suami dari keturunan Yehuda, akhirnya menjadi hamil. Dalam situasi yang penuh tantangan dan bahkan kelicikan, Tamar dengan cerdik menyamar sebagai pelacur dan bertemu dengan Yehuda di dekat Enaim. Dari pertemuan inilah ia hamil. Ketika keadaan menunjukkan bahwa ia hamil, Yehuda memerintahkan agar ia dibawa keluar dan dibakar. Namun, Tamar menunjukkan bukti-bukti yang menjamin kehamilannya – tanda pengenal Yehuda, tongkatnya, dan talinya – membuktikan bahwa ayah dari anak yang dikandungnya adalah Yehuda sendiri.

Dalam momen pengungkapan ini, Tamar melahirkan anak kembar laki-laki. Anak pertama yang lahir, menurut catatan kitab Kejadian, mengeluarkan tangannya terlebih dahulu, lalu bidan mengikatkan benang kirmizi padanya sebagai tanda. Namun, ia menarik tangannya kembali dan lahirlah saudaranya. Ketika saudaranya lahir, bidan berkata, "Betapa terpujinya engkau!" Lalu ia menamai anak itu Yehuda. Nama ini, yang berarti "pujian", memiliki makna yang mendalam.

Pilihan nama Yehuda, yang berarti "pujian", bukanlah kebetulan. Ini mencerminkan pengakuan akan karya Allah, meskipun dalam keadaan yang tidak biasa dan mungkin dianggap tabu oleh masyarakat pada masa itu. Tamar, melalui tindakan yang gigih dan strategis, berhasil memastikan kelangsungan garis keturunan keluarganya dan, yang lebih penting, garis keturunan yang akan membawa keselamatan bagi banyak bangsa. Kisah Yehuda dan Tamar mengajarkan kita tentang kesetiaan Allah yang bekerja di tengah segala ketidaksempurnaan manusia, dan bagaimana bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun, pujian kepada TUHAN tetap menjadi tema yang relevan. Ini adalah awal dari garis keturunan yang akan menghasilkan raja-raja Israel dan, pada akhirnya, Mesias.