"dan sesudah dimakan olehnya, tidaklah terlihat lagi bahwa mereka telah masuk ke dalamnya, melainkan tampaknya buruk seperti sediakala."
Simbol kemakmuran yang menghilang
Ayat ini berasal dari kisah Yusuf di tanah Mesir, sebagaimana tercatat dalam kitab Kejadian pasal 41. Firaun, raja Mesir, mengalami mimpi yang sangat mengganggu. Dalam mimpi pertamanya, ia melihat tujuh sapi gemuk keluar dari Sungai Nil dan merumput di padang rumput. Namun, setelah itu, muncul tujuh sapi lain yang kurus dan buruk rupanya dari Sungai Nil, lalu memakan ketujuh sapi gemuk yang pertama.
Mimpi kedua Firaun pun tak kalah membingungkan. Ia melihat tujuh tangkai gandum yang berisi dan subur tumbuh dari satu batang. Kemudian, tujuh tangkai gandum yang kurus, kering, dan keropos tertiup angin timur, lalu menelan tujuh tangkai gandum yang gemuk dan berisi itu.
Ketika Firaun menceritakan mimpinya kepada para ahli sihir dan orang berhikmat di Mesir, tidak ada satu pun yang mampu memberikan tafsir yang memuaskan. Dalam keputusasaan, salah seorang pelayan Firaun teringat akan Yusuf, seorang pemuda Ibrani yang pernah menafsirkan mimpi para pelayan istana saat mereka dipenjara bersama Yusuf.
Yusuf kemudian dibawa menghadap Firaun. Dengan hikmat yang dianugerahkan Tuhan, Yusuf menafsirkan kedua mimpi itu sebagai satu kesatuan pertanda. Sapi-sapi gemuk dan tangkai-tangkai gandum yang berisi melambangkan tujuh tahun kelimpahan yang akan datang di seluruh Mesir. Tujuh tahun ini akan ditandai dengan panen yang berlimpah ruah, di mana bumi akan menghasilkan secara luar biasa.
Namun, ayat 41:21, "dan sesudah dimakan olehnya, tidaklah terlihat lagi bahwa mereka telah masuk ke dalamnya, melainkan tampaknya buruk seperti sediakala," memberikan gambaran yang lebih dramatis tentang fase berikutnya. Sapi-sapi yang kurus dan kerontang yang memakan sapi gemuk, serta angin timur yang menelan tangkai gandum yang berisi, melambangkan tujuh tahun kelaparan yang akan mengikuti periode kelimpahan tersebut. Kelaparan ini akan sangat dahsyat sehingga semua kebaikan dari masa kelimpahan akan dilupakan, lenyap tanpa bekas, dan keadaan akan kembali menjadi buruk seperti semula, bahkan mungkin lebih parah.
Makna ayat ini sangat krusial. Ia tidak hanya sekadar ramalan cuaca atau pertanian, tetapi sebuah peringatan ilahi tentang siklus kemakmuran dan kesulitan. Yusuf menasihati Firaun untuk mengumpulkan seperlima dari hasil panen selama tujuh tahun kelimpahan tersebut, menyimpannya di kota-kota sebagai persediaan untuk masa kelaparan yang akan datang. Tindakan ini adalah bentuk kebijaksanaan dan persiapan yang diilhami oleh pemahaman akan kehendak Tuhan.
Kisah ini mengajarkan kita pentingnya kesiapan. Kemakmuran yang datang tidak boleh disia-siakan. Sebaliknya, kita harus bijak dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menghadapi masa-masa sulit yang mungkin tidak terduga. Kejadian 41:21 adalah pengingat bahwa kehidupan seringkali berputar dalam siklus, dan persiapan yang matang adalah kunci untuk bertahan dan bahkan berkembang di tengah tantangan. Pesan ini relevan tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi bangsa dan komunitas.