"Dan kelimpahan yang terjadi atas tanah Mesir itu akan terlupakan, karena kelaparan yang akan menyusul sesudahnya akan sangat hebat."
Kisah Yusuf di Mesir, seperti yang dicatat dalam Kitab Kejadian pasal 41, adalah sebuah narasi yang kaya akan makna dan pelajaran. Salah satu bagian paling dramatis dari cerita ini adalah ketika Firaun bermimpi, dan hanya Yusuf yang mampu menafsirkannya. Mimpi tersebut berbicara tentang tujuh tahun kelimpahan gandum yang luar biasa, diikuti oleh tujuh tahun kelaparan yang sangat parah. Ayat 31, "Dan kelimpahan yang terjadi atas tanah Mesir itu akan terlupakan, karena kelaparan yang akan menyusul sesudahnya akan sangat hebat," memberikan peringatan sekaligus janji ilahi.
Ayat ini bukan sekadar ramalan cuaca atau prediksi ekonomi. Ini adalah pengingat akan sifat siklus kehidupan dan ujian yang sering kali datang silih berganti. Masa kelimpahan yang diramalkan oleh Yusuf bukanlah akhir dari segalanya, melainkan persiapan untuk masa sulit yang akan datang. Kuncinya terletak pada kata "terlupakan". Mengapa kelimpahan itu bisa terlupakan? Mungkin karena manusia cenderung berpuas diri, mudah melupakan bagaimana rasanya kekurangan, dan lalai bersiap-siap ketika segalanya berjalan lancar. Kelimpahan bisa melenakan, membuat orang terlena dalam kenyamanan dan mengabaikan kebutuhan masa depan.
Namun, di balik peringatan tentang kelaparan yang hebat, tersirat pula kebijaksanaan ilahi yang luar biasa. Tuhan, melalui mimpi Firaun dan tafsiran Yusuf, memberikan kesempatan kepada bangsa Mesir untuk mempersiapkan diri. Mereka diberi waktu tujuh tahun untuk mengumpulkan dan menyimpan sebagian besar hasil panen. Ini adalah bukti nyata dari kasih dan pemeliharaan Tuhan. Bahkan di tengah peringatan akan kesulitan, ada peluang untuk bertahan dan bahkan berkembang. Yusuf, yang pada awalnya adalah seorang budak yang difitnah, kini menduduki posisi kedua setelah Firaun, memimpin bangsa tersebut melewati masa-masa krusial.
Kisah ini mengajarkan kita pentingnya kebijaksanaan dan perencanaan. Dalam kehidupan pribadi kita, masa kelimpahan—baik itu dalam hal keuangan, kesehatan, atau hubungan—bukanlah alasan untuk berhenti belajar, menabung, atau berdoa. Sebaliknya, masa-masa baik adalah waktu yang tepat untuk membangun fondasi yang kuat, menimbun "gandum" (sumber daya, pengetahuan, iman) untuk menghadapi tantangan yang mungkin datang. Perkataan Firaun tentang kelimpahan yang terlupakan seharusnya menjadi lonceng peringatan bagi kita untuk tidak pernah kehilangan rasa syukur dan kewaspadaan.
Lebih dari itu, Kejadian 41:31 juga mengingatkan kita pada kesetiaan Tuhan. Meskipun masa depan mungkin tampak suram, Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan solusi bagi mereka yang mencari-Nya. Kisah Yusuf menunjukkan bahwa Tuhan dapat menggunakan siapa saja, bahkan di tengah kesulitan, untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar. Kelimpahan yang terjadi, meskipun pada akhirnya akan "terlupakan" oleh sebagian orang karena kedatangan masa sulit, sesungguhnya merupakan anugerah yang memungkinkan kelangsungan hidup dan bahkan pemulihan. Ini adalah pengingat bahwa di dalam setiap siklus kehidupan, baik kelimpahan maupun kekurangan, tangan Tuhan selalu bekerja untuk kebaikan umat-Nya.