Lalu berkatalah ayah mereka, Israel, kepada mereka: "Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini dalam pundi-pundimu, bawalah sebagai persembahan untuk orang itu, sedikit balsam, sedikit madu, damar, jempala, kacang-kacangan dan buah-buahan."
Ayat ini, Kejadian 43:11, merupakan momen penting dalam narasi keluarga Yakub. Setelah bertahun-tahun terpisah dari Yusuf yang dikira telah mati, akhirnya kesempatan terbuka untuk bertemu kembali. Namun, perjalanan ke Mesir kali ini dipenuhi dengan ketegangan dan keraguan. Kelaparan yang melanda negeri Kanaan memaksa kesepuluh saudara Yusuf untuk kembali ke Mesir mencari makanan. Kali terakhir mereka datang, mereka diperlakukan dengan curiga dan Benjamin, adik bungsu mereka, ditinggalkan di rumah atas permintaan mereka sendiri, sementara Simeon ditahan sebagai jaminan.
Dalam ayat ini, Israel, yang kita kenal sebagai Yakub, memberikan instruksi kepada anak-anaknya. Instruksi ini bukan sekadar daftar barang dagangan, melainkan sebuah bentuk persembahan yang penuh makna. Ia meminta mereka untuk membawa "hasil yang terbaik dari negeri ini" sebagai persembahan untuk penguasa Mesir, yang ternyata adalah Yusuf sendiri. Di antara barang-barang yang disebutkan adalah balsam, madu, damar, jempala, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Pilihan barang-barang ini kemungkinan besar mencerminkan kekayaan dan hasil bumi terbaik dari tanah Kanaan, sebuah upaya untuk menunjukkan rasa hormat dan niat baik kepada sosok yang berkuasa di Mesir.
Perintah Yakub ini menunjukkan ketidakpastian dan kekhawatiran mendalam yang dirasakan oleh ayah Yusuf. Ia tidak tahu bagaimana nasib anak-anaknya akan berakhir di hadapan penguasa Mesir yang misterius. Namun, di balik ketegangan itu, tersirat sebuah harapan. Dengan memberikan persembahan terbaik, Yakub berharap dapat meluluhkan hati penguasa itu dan memastikan keselamatan serta kepulangan anak-anaknya, terutama Benjamin, yang begitu berharga baginya.
Momen ini juga menggarisbawahi tema kepercayaan dan kepatuhan. Saudara-saudara Yusuf harus memercayai arahan ayah mereka, meskipun mereka tidak sepenuhnya memahami alasan di baliknya. Perjalanan ini adalah ujian iman bagi seluruh keluarga. Mereka telah belajar dari kesalahan masa lalu dan kini harus bertindak dengan kebijaksanaan dan kerendahan hati. Persembahan ini menjadi simbol dari kerendahan hati dan keinginan mereka untuk berdamai, sekaligus menjadi sarana untuk mengungkapkan rasa syukur dan harapan.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya persiapan, niat baik, dan penghormatan dalam menghadapi situasi yang sulit. Instruksi Yakub di Kejadian 43:11 adalah bukti dari cinta seorang ayah yang mendalam dan strateginya untuk melindungi keluarganya. Akhirnya, persembahan ini dan keberanian saudara-saudara Yusuf membawa mereka pada pengungkapan identitas Yusuf dan rekonsiliasi yang luar biasa, sebuah akhir yang penuh harapan dan pemulihan.