"Jika demikian, maka hendaklah kamu memberitahukan kepada Firaun, katakanlah: 'Saudara-saudaraku dan kaum keluargaku yang di Kanaan telah datang kepadaku.' Saudara-saudaramu itu adalah gembala domba, karena mereka adalah orang-orang yang memelihara ternak, dan mereka telah membawa domba-domba mereka dan lembu-lembu mereka, dan segala apa yang mereka miliki."
Kisah kedatangan Yakub dan seluruh keluarganya ke Mesir adalah momen penting dalam narasi Alkitab. Ayat Kejadian 46:34, yang diucapkan oleh Yusuf kepada saudara-saudaranya ketika mereka bersiap untuk bertemu Firaun, memberikan detail spesifik mengenai identitas dan mata pencaharian mereka. Pernyataan ini bukan sekadar laporan biasa, melainkan sebuah strategi yang dipikirkan matang untuk memberikan kesan yang baik kepada penguasa Mesir.
Yusuf memahami bahwa cara hidup bangsa Israel sebagai gembala mungkin dianggap asing atau bahkan rendah oleh orang Mesir, yang memiliki budaya dan kepercayaan yang berbeda. Oleh karena itu, ia menginstruksikan saudara-saudaranya untuk menekankan bahwa mereka adalah "gembala domba" dan "orang-orang yang memelihara ternak". Ini adalah pekerjaan yang mulia dan penting, yang menunjukkan keahlian mereka dalam mengelola sumber daya dan hewan. Dengan menyebutkan bahwa mereka telah membawa "domba-domba mereka dan lembu-lembu mereka, dan segala apa yang mereka miliki", mereka menunjukkan kemakmuran dan kemampuan mereka untuk berkontribusi.
Tujuan dari pemberitahuan ini kepada Firaun adalah untuk mendapatkan izin menetap di tanah Mesir, khususnya di daerah Goshen, yang dikenal sebagai tanah yang subur untuk beternak. Dengan menampilkan diri mereka sebagai gembala yang produktif, Yusuf berharap agar Firaun memberikan mereka tempat tinggal yang layak dan bahkan mungkin menawarkan perlindungan. Ini adalah langkah cerdik untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan keluarganya di negeri asing.
Ayat Kejadian 46:34 juga menyoroti kesetiaan bangsa Israel pada cara hidup mereka. Meskipun mereka harus meninggalkan tanah leluhur mereka, Kanaan, mereka tetap mempertahankan identitas dan profesi mereka. Mereka tidak berusaha meniru atau mengadopsi cara hidup orang Mesir secara drastis, melainkan memilih untuk mengintegrasikan diri dengan mempertahankan akar budaya dan ekonomi mereka. Hal ini menunjukkan ketahanan dan kekuatan identitas mereka sebagai umat pilihan.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana komunikasi yang bijaksana dan pemahaman terhadap budaya lokal dapat membuka pintu peluang. Yusuf, yang telah mengalami banyak kesulitan dan akhirnya naik menjadi orang kedua di Mesir, menggunakan pengetahuannya untuk membimbing keluarganya. Permintaan agar mereka memperkenalkan diri sebagai gembala adalah cara untuk membangun jembatan pemahaman dengan Firaun, yang pada akhirnya akan menguntungkan seluruh bangsa Israel. Mereka ditempatkan di daerah Goshen, tempat yang cocok untuk pekerjaan mereka, yang menunjukkan bahwa permohonan mereka telah diterima dengan baik berkat pengantar yang tepat.
Lebih dari sekadar kisah keluarga, Kejadian 46:34 adalah bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. Kedatangan bangsa Israel ke Mesir menjadi awal dari periode perbudakan mereka, namun juga merupakan awal dari pertumbuhan pesat populasi mereka yang kelak akan menjadi bangsa yang besar. Melalui detail-detail kecil seperti cara memperkenalkan diri kepada Firaun, kita melihat bagaimana setiap elemen dalam narasi Alkitab memiliki makna dan tujuan yang mendalam, yang membentuk takdir sebuah bangsa.