Kejadian 47:25 - Jalan Keluar di Tengah Kelaparan

"Maka kata orang Israel itu: 'Baiklah Tuanku memberikan kami budak dan tanah ini untuk kami bekerja, supaya kami dapat hidup dan anak-anak kami dapat hidup, sehingga kami tidak mati karena kelaparan ini.'"
Ilustrasi ladang gandum subur di bawah langit cerah

Ayat ini berasal dari Kitab Kejadian pasal 47, ayat 25. Peristiwa ini terjadi pada masa ketika Yusuf, yang tadinya dijual menjadi budak oleh saudara-saudaranya, kini telah bangkit menjadi orang yang sangat berkuasa di Mesir, bahkan menjadi tangan kanan Firaun. Bangsa Israel, yang adalah keluarga Yusuf, juga telah datang ke Mesir untuk menghindari bencana kelaparan yang melanda tanah Kanaan.

Tanda Ketergantungan dan Permohonan

Dalam situasi yang sulit akibat kelaparan parah, orang Israel, melalui perwakilan mereka, menyampaikan sebuah permohonan penting kepada Yusuf. Mereka tidak hanya meminta bantuan untuk bertahan hidup, tetapi juga mengajukan sebuah proposal yang menunjukkan pemahaman mereka tentang kondisi dan kebutuhan. Mereka menyatakan, "Baiklah Tuanku memberikan kami budak dan tanah ini untuk kami bekerja, supaya kami dapat hidup dan anak-anak kami dapat hidup, sehingga kami tidak mati karena kelaparan ini." Permohonan ini merupakan titik krusial dalam narasi mereka di Mesir. Ini bukan sekadar permintaan belas kasihan, melainkan sebuah kesepakatan yang menawarkan kontribusi timbal balik.

Budak dan Tanah: Sebuah Tawar Menawar yang Strategis

Permintaan untuk menjadi "budak" dan diberikan "tanah untuk bekerja" mungkin terdengar kontradiktif dengan keinginan untuk hidup bebas. Namun, dalam konteks zaman itu, "budak" yang dimaksud di sini bisa jadi lebih merujuk pada status pekerja yang terikat, yang dikelola dan dipelihara oleh penguasa. Mereka memahami bahwa tanah Mesir yang subur, yang dikelola dengan baik oleh pemerintah Firaun (melalui program Yusuf), adalah satu-satunya sumber kehidupan di tengah kegagalan panen di negeri mereka.

Dengan menawarkan tenaga kerja mereka, orang Israel memastikan bahwa mereka tidak hanya akan menerima pasokan makanan, tetapi juga memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam produksi. Ini adalah cara mereka untuk menjaga martabat dan kemampuan mereka untuk menopang diri sendiri serta generasi mendatang. Mereka ingin menjadi bagian dari solusi, bukan hanya penerima bantuan pasif. Keinginan untuk "hidup dan anak-anak kami dapat hidup" menunjukkan orientasi jangka panjang dan tanggung jawab keluarga yang sangat kuat.

Implikasi Teologis dan Historis

Ayat ini juga memiliki implikasi teologis yang mendalam. Ini menunjukkan bagaimana Tuhan dapat menggunakan situasi yang paling sulit, bahkan penderitaan dan kesulitan, untuk memelihara umat-Nya. Yusuf, sebagai alat Tuhan, menata Mesir sedemikian rupa sehingga mereka siap menghadapi kelaparan. Bangsa Israel, yang awalnya terlempar ke dalam situasi yang rentan, justru ditempatkan di tanah Mesir, yang kelak menjadi tempat mereka berkembang biak, meskipun kemudian mengalami perbudakan yang lebih berat.

Dalam terang Injil, ayat ini bisa menjadi cerminan tentang bagaimana kita, dalam kerapuhan dan kebutuhan kita, dapat menyerahkan diri kepada Kristus. Dia, yang memiliki "segala kekayaan hikmat dan pengetahuan" (Kolose 2:3), memberikan kita "tanah" kehidupan baru dan menjadikan kita pekerja dalam kerajaan-Nya, agar kita tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal. Permohonan orang Israel adalah gambaran awal dari pengakuan akan ketergantungan kita pada Sang Pemelihara utama.