Kejadian 48:11 - Berkah Yakub untuk Yusuf

"Berkatalah Yusuf kepada ayahnya: "Bukan demikian, ayahku, sebab yang ini anak sulung; letakkanlah tangan kananmu di atas kepalanya."

Ayat Kejadian 48:11 merupakan momen penting dalam narasi kitab Kejadian, yang menggambarkan interaksi emosional dan spiritual antara Yakub yang sudah tua renta dengan cucu-cucunya, Efraim dan Manasye, yang dibawakan oleh putranya, Yusuf. Kejadian ini terjadi ketika Yakub telah pindah ke Mesir bersama seluruh keluarganya, dan berada di akhir masa hidupnya. Yusuf, sebagai anak kesayangannya yang pernah hilang, kini telah menjadi seorang pejabat tinggi di Mesir dan memiliki dua orang putra yang lahir di tanah asing itu.

Ayub, dengan mata yang telah redup karena usia, rupanya memiliki kemampuan untuk mengenali roh dan berkat yang diturunkan. Ketika Yusuf membawakan kedua putranya, Manasye dan Efraim, ke hadapan Yakub, niat Yusuf adalah agar Yakub memberikan berkatnya kepada kedua cucunya tersebut. Manasye, sebagai anak sulung, seharusnya menerima berkat yang lebih besar. Namun, alur cerita yang terjadi sungguh menarik dan penuh makna ilahi. Yakub dengan sengaja menyilangkan tangannya, meletakkan tangan kanannya di atas kepala Efraim (yang lebih muda) dan tangan kirinya di atas kepala Manasye (yang lebih tua).

Simbol berkah dan pewarisan leluhur

Ilustrasi simbolik berkah dan pewarisan leluhur.

Tindakan Yakub ini jelas berbeda dari urutan yang diharapkan Yusuf, yang kemudian mengingatkan ayahnya bahwa ia telah meletakkan tangan di kepala anak yang salah berdasarkan urutan kelahiran. Di sinilah ucapan Yusuf dalam Kejadian 48:11 menjadi krusial: "Bukan demikian, ayahku, sebab yang ini anak sulung; letakkanlah tangan kananmu di atas kepalanya." Yusuf ingin memastikan ayahnya mengikuti tradisi pewarisan yang benar, di mana anak sulung mendapatkan prioritas dalam berkat.

Namun, Yakub dengan tegas menjawab, "Aku tahu, anakku, aku tahu. Ia juga akan menjadi suatu bangsa, dan ia akan menjadi besar; tetapi adiknya itu akan lebih besar dari padanya, dan keturunannya akan menjadi suatu bangsa yang penuh." (Kejadian 48:19). Jawaban Yakub menunjukkan bahwa apa yang dilakukannya bukanlah kekeliruan, melainkan sebuah tindakan ilahi yang telah diwahyukan kepadanya. Ia melihat masa depan kedua cucunya, dan Tuhan telah menetapkan bahwa Efraim, yang lebih muda, akan menjadi lebih besar dari Manasye.

Kisah ini memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, berkat ilahi tidak selalu mengikuti urutan kronologis atau tradisi duniawi semata. Tuhan memiliki rencana-Nya sendiri dan dapat memilih untuk memberkati siapa pun yang Dia kehendaki, bahkan dengan cara yang tidak terduga. Kedua, ini menegaskan pentingnya keturunan dan pewarisan spiritual yang berlanjut dari generasi ke generasi. Bagi bangsa Israel, penegasan status Efraim dan Manasye sebagai leluhur dari dua suku besar di Israel memiliki implikasi teologis dan historis yang mendalam.

Perkataan Yusuf dalam Kejadian 48:11 juga menunjukkan kasihnya kepada ayahnya dan rasa hormatnya terhadap tradisi, meskipun pada akhirnya ia harus menerima campur tangan ilahi yang melampaui pemahamannya. Kejadian ini menjadi bukti bahwa di tengah ketidakpastian hidup dan pergantian zaman, Tuhan tetap memegang kendali dan memberikan berkat-Nya secara berkelimpahan, seringkali dengan cara yang melebihi harapan manusia. Peristiwa ini menjadi pengingat akan kuasa dan kedaulatan Tuhan dalam mengatur sejarah umat manusia.