"Maka bagimu aku berikan satu bagian yang lebih dari pada bagian untuk saudaramu, yaitu tanah yang telah kurampas dari tangan orang Amori dengan pedang dan busurku."
Kisah dalam Kitab Kejadian pasal 48 ayat 22 menyoroti momen penting dalam kehidupan Yakub dan keturunannya. Ayat ini merefleksikan berkat dan pembagian tanah yang dilakukan oleh Yakub kepada cucu-cucunya, Efraim dan Manasye, yang merupakan anak-anak Yusuf. Secara khusus, ayat ini menyebutkan sebuah tanah yang Yakub peroleh "dengan pedang dan busurku" dari tangan orang Amori. Kata-kata ini bukan sekadar pernyataan klaim teritorial, melainkan mengandung makna yang lebih dalam tentang perjuangan, janji ilahi, dan warisan yang berharga.
Yakub, di akhir hayatnya, memanggil anak-anak Yusuf untuk memberkati mereka. Alih-alih mengikuti urutan usia tradisional, Yakub sengaja menempatkan tangan kanannya di atas kepala Efraim (yang bungsu) dan tangan kirinya di atas kepala Manasye (yang sulung). Tindakan ini, meskipun awalnya mengejutkan Yusuf, adalah manifestasi dari hikmat ilahi yang mengalir melalui Yakub. Pemberian "bagian yang lebih" kepada Efraim menandakan pengakuan atas keunggulan keturunan Efraim di masa depan, yang kemudian menjadi salah satu suku terbesar di Israel.
Bagian yang disebut Yakub sebagai miliknya, yang ia peroleh dengan "pedang dan busur", merujuk pada wilayah di seberang Sungai Yordan. Wilayah ini kemungkinan besar telah dikuasai oleh orang Israel melalui kekuatan militer pada masa setelah Yakub. Janji ini menegaskan bahwa tanah tersebut adalah bagian dari warisan yang dijanjikan Allah kepada keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub. Perolehan tanah melalui perjuangan dengan "pedang dan busur" mengingatkan bahwa perjalanan untuk mewarisi janji ilahi seringkali tidak lepas dari tantangan dan pergumulan. Namun, yang terpenting adalah bahwa perjuangan itu sendiri didasari oleh janji dan penyertaan Allah.
Ayat Kejadian 48:22 juga memberikan pelajaran tentang cara pandang terhadap warisan. Warisan bukan hanya tentang kepemilikan materi, tetapi juga tentang identitas, tujuan, dan berkat spiritual. Yakub tidak hanya membagikan tanah, tetapi juga menanamkan pemahaman tentang janji Allah kepada keturunannya. Pemberian tanah ini menjadi simbol dari hubungan perjanjian antara Allah dan umat-Nya, serta kepercayaan pada pemeliharaan-Nya yang berkelanjutan. Pemahaman ini penting bagi Efraim dan Manasye serta seluruh bangsa Israel untuk meneguhkan iman mereka dalam perjalanan hidup mereka di tanah perjanjian.
Kisah ini terus bergema hingga kini, mengingatkan kita bahwa janji-janji Allah, meskipun terkadang datang melalui proses yang penuh tantangan, selalu digenapi. Perjuangan yang kita hadapi dalam hidup, baik pribadi maupun komunal, dapat menjadi sarana untuk memperoleh dan menguatkan warisan rohani kita, asalkan kita tetap berpegang teguh pada iman dan percaya pada pimpinan-Nya.