Kejadian 5:26

"Setelah Metusalah hidup sembilan ratus enam puluh sembilan tahun, ia mati."

Ayat Kejadian 5:26 seringkali menarik perhatian karena menceritakan tentang kehidupan salah satu tokoh terpanjang dalam silsilah Alkitab: Metusalah. Disebutkan bahwa ia hidup selama sembilan ratus enam puluh sembilan tahun sebelum akhirnya ia mati. Angka ini memang luar biasa jika dibandingkan dengan rentang usia manusia pada zaman sekarang. Namun, di balik angka yang mencengangkan ini, tersimpan makna yang lebih dalam dan relevan bagi kehidupan kita.

Metusalah adalah cucu dari Henokh, seorang tokoh yang berjalan bersama Allah dan diangkat ke surga tanpa mengalami kematian. Garis keturunan dari Adam hingga Nuh memang dikenal memiliki usia yang sangat panjang. Hal ini seringkali menjadi bahan perdebatan dan spekulasi mengenai alasan di balik rentang usia yang ekstrem tersebut. Beberapa tafsiran mengaitkannya dengan kondisi lingkungan yang berbeda di masa awal penciptaan, atau mungkin sebagai tanda belas kasihan Allah yang memberikan banyak kesempatan bagi manusia untuk bertobat sebelum air bah besar terjadi.

Namun, fokus utama dari ayat ini bukanlah pada lamanya usia Metusalah, melainkan pada kenyataan bahwa setiap kehidupan memiliki akhirnya. Meskipun Metusalah hidup hampir seribu tahun, ia tetap mengalami kematian. Hal ini mengingatkan kita pada kefanaan hidup di dunia ini. Usia yang panjang, kekayaan, kekuasaan, atau pencapaian apapun tidak akan mampu menghalangi takdir kematian yang pasti datang bagi setiap insan.

Kehidupan Metusalah juga bisa dilihat sebagai sebuah kesaksian. Bayangkan berapa banyak generasi yang telah ia saksikan, perubahan zaman yang ia alami, dan peristiwa sejarah yang ia jalani selama ratusan tahun. Ia mungkin telah menyaksikan langsung dampak dari dosa yang semakin merajalela di bumi, yang pada akhirnya membawa Allah untuk mendatangkan air bah. Dengan rentang usia yang begitu panjang, Metusalah memiliki kesempatan yang sangat besar untuk mengenal Allah dan ajaran-Nya, serta untuk menjadi saksi hidup bagi keluarganya dan generasi di sekitarnya.

Kisah Metusalah mengajarkan kita pentingnya memanfaatkan setiap momen kehidupan yang diberikan. Apakah kita hidup sebentar atau panjang, yang terpenting adalah bagaimana kita menjalani hidup tersebut. Apakah kita menggunakan waktu kita untuk kebaikan, untuk membangun hubungan yang sehat dengan sesama, dan yang paling utama, untuk mengenal dan taat kepada Sang Pencipta? Ayat ini, meskipun sederhana, membawa pesan universal tentang kehidupan, kefanaan, dan pentingnya menjalani hidup dengan penuh makna dan tujuan.

Dengan memahami konteks dan pesan di balik ayat ini, kita dapat merenungkan bagaimana kita menjalani hari-hari kita. Pertanyaan yang muncul bukan lagi seberapa lama kita akan hidup, melainkan bagaimana kita hidup. Apakah hidup kita memberikan dampak positif bagi orang lain? Apakah kita telah menemukan tujuan sejati dalam hidup kita? Kejadian 5:26 mengingatkan kita bahwa waktu terus berjalan, dan setiap detik adalah berharga. Mari kita jalani hidup ini dengan bijak, penuh kasih, dan senantiasa mencari kebenaran-Nya.