Kutipan dari Kitab Kejadian 5:30 ini mengakhiri sebuah daftar panjang silsilah nenek moyang, mulai dari Adam hingga Nuh. Ayat tersebut secara ringkas menyatakan tentang akhir kehidupan Nuh, seorang tokoh sentral dalam narasi Alkitab yang dikenal karena membangun bahtera dan menyelamatkan umat manusia serta hewan dari air bah. Meskipun kalimatnya singkat, ia mengandung makna mendalam tentang rentang kehidupan dan warisan yang ditinggalkan.
Kehidupan Nuh digambarkan sangat panjang, mencapai 930 tahun. Angka ini, jika dibandingkan dengan rentang hidup manusia modern, sungguh luar biasa. Dalam konteks kuno, usia yang panjang sering kali diasosiasikan dengan kebijaksanaan, kekuatan, dan kedekatan dengan Tuhan. Nuh hidup di masa ketika bumi dipenuhi kefasikan, namun ia tetap menjadi orang yang benar di hadapan Tuhan. Kejadian 6:8-9 mencatat, "Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Inilah kisah Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah."
Ayat 5:30 ini berfungsi sebagai penutup bagian silsilah yang menggarisbawahi kontinuitas kehidupan dan keturunan. Setiap nama yang disebutkan sebelum Nuh memiliki usia yang juga sangat panjang, seperti Metusalah yang hidup hingga 969 tahun. Rentang usia yang dramatis ini menunjukkan bahwa masa lalu, bahkan sebelum air bah, memiliki karakteristik kehidupan yang berbeda, yang mungkin mencerminkan kondisi alam yang berbeda atau pemahaman teologis tentang kesucian hidup yang lebih dalam.
Kejadian 5:30 tidak hanya sekadar fakta biologis mengenai kematian seorang individu, tetapi juga menandai sebuah era. Kematian Nuh terjadi setelah peristiwa besar dalam sejarah penciptaan, yaitu air bah. Meskipun ia selamat dari bencana tersebut, ia akhirnya menyerahkan dirinya pada hukum alam yang berlaku bagi semua makhluk hidup. Ini mengingatkan kita bahwa tidak ada kehidupan yang abadi di bumi, kecuali janji kehidupan kekal yang ditawarkan oleh Sang Pencipta.
Figur Nuh sangat penting karena ia menjadi titik balik. Setelah air bah, bumi memulai kembali perjalanannya. Kisah Nuh mengajarkan tentang ketaatan, iman, dan keadilan. Ia tidak hanya membangun bahtera untuk dirinya sendiri, tetapi sebagai bentuk ketaatan kepada perintah Tuhan, ia juga menjadi bapa dari umat manusia yang baru. Rentang hidupnya yang panjang memungkinkan dia untuk menyaksikan dan mengalami banyak hal, termasuk pemulihan bumi setelah murka Tuhan diluapkan.
Oleh karena itu, Kejadian 5:30, meski singkat, adalah sebuah penutup yang sarat makna. Ia merangkum sebuah kehidupan yang luar biasa panjang, penuh dengan peran penting dalam rencana ilahi. Kehidupan Nuh adalah pengingat akan kekuatan iman, pentingnya kebenaran, dan siklus kehidupan yang terus berputar, bahkan dalam menghadapi perubahan dunia yang paling dramatis sekalipun. Akhir hayatnya menjadi permulaan bagi narasi baru dalam Kitab Kejadian, yang akan membawa kita pada kisah bangsa-bangsa dan janji-janji selanjutnya.