"Dan umur Lamekh menjadi seratus delapan puluh dua tahun, lalu ia memperanakkan seorang anak laki-laki. Dan ia menamai namanya Nuh, katanya: 'Dengan dia ini kita akan mendapat penghiburan dari pekerjaan dan dari kesukaran tangan kita, karena bumi ini.'"
Kisah mengenai Nuh dalam Kitab Kejadian bukanlah sekadar catatan tentang individu, melainkan sebuah penanda penting dalam narasi sejarah keselamatan. Ayat kelapan dari pasal kelima Kitab Kejadian mengantarkan kita pada momen penting: kelahiran Nuh. Nama Nuh sendiri memiliki makna yang mendalam, yaitu "penghiburan" atau "kelepasan". Makna ini diucapkan langsung oleh ayahnya, Lamekh, yang mencerminkan harapan besar yang disematkan pada anak ini. Di tengah generasi yang semakin menjauh dari Tuhan, kelahiran Nuh menjadi mercusuar harapan.
Kejadian 5 mencatat silsilah dari Adam hingga Nuh, sebuah daftar panjang nama dan usia yang menunjukkan lamanya rentang kehidupan manusia pada masa itu. Namun, di tengah angka-angka yang monoton tersebut, kalimat tentang Nuh memberikan nuansa yang berbeda. Lamekh, sang ayah, tidak hanya mencatat angka tahun, tetapi juga menyertakan alasan di balik penamaan anaknya. Ia berharap Nuh akan membawa penghiburan dari "pekerjaan dan dari kesukaran tangan kita, karena bumi ini". Kalimat ini mengisyaratkan bahwa kehidupan pada masa itu penuh dengan kerja keras, kesulitan, dan mungkin juga beban moral yang berat.
Untuk memahami sepenuhnya makna kelahiran Nuh, kita perlu melihat konteks zaman di mana ia hidup. Alkitab menggambarkan masa sebelum air bah sebagai periode kebejatan moral yang luar biasa. Kejahatan manusia begitu besar di bumi, dan setiap kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata (Kejadian 6:5). Di tengah kegelapan moral inilah Nuh hadir. Ayat-ayat sebelum dan sesudah Kejadian 5:8 menggambarkan dunia yang rusak dan hati manusia yang penuh dengan dosa. Kehidupan yang penuh kesulitan yang disinggung oleh Lamekh mungkin juga merupakan akibat dari pilihan-pilihan manusia yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Kehadiran Nuh di dunia ini bukan hanya tentang kelangsungan hidup biologis, tetapi lebih kepada peran rohaninya. Kejadian 6:9 menyatakan, "Nuh adalah seorang yang benar dan tak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu berjalan dengan Allah." Pernyataan ini sangat signifikan. Di tengah dunia yang rusak, Nuh mampu menjaga integritasnya dan tetap berhubungan erat dengan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa meskipun kondisi lingkungan sangat buruk, seseorang masih bisa memilih untuk hidup benar.
Harapan yang disematkan Lamekh pada Nuh terwujud dalam cara yang luar biasa. Nuh tidak hanya membawa penghiburan bagi keluarganya, tetapi ia menjadi bagian dari rencana Tuhan untuk memulihkan hubungan-Nya dengan umat manusia. Kisah air bah, di mana Nuh dan keluarganya menjadi satu-satunya yang selamat di dalam bahtera yang dibuatnya atas perintah Tuhan, adalah bukti nyata dari "penghiburan" dan "kelepasan" yang dijanjikan.
Tuhan melihat kebejatan manusia dan memutuskan untuk memusnahkan mereka, tetapi Dia juga melihat kebenaran dan kesetiaan Nuh. Melalui Nuh, Tuhan menyelamatkan benih umat manusia dan memulai kembali peradaban. Bahtera Nuh menjadi simbol penyelamatan, perlindungan, dan janji pembaruan. Pekerjaan Nuh membangun bahtera, meskipun melelahkan dan sulit, pada akhirnya membawa kelegaan besar bagi generasi mendatang.
Kelahiran Nuh, seperti yang dicatat dalam Kejadian 5:8, bukan sekadar fakta sejarah, tetapi sebuah narasi harapan. Ini mengajarkan bahwa bahkan di masa-masa tergelap sekalipun, kesetiaan kepada Tuhan dapat membawa penghiburan dan keselamatan. Nama Nuh menjadi pengingat abadi bahwa di tengah kesukaran, Tuhan menyediakan jalan keluar dan harapan baru bagi mereka yang mau berjalan bersama-Nya.