Kisah air bah dalam Kitab Kejadian adalah salah satu narasi paling dramatis dan transformatif dalam sejarah manusia. Ayat 18 dari pasal 7, "Dan air bah itu menjadi makin kuat di atas bumi, sehingga segala gunung tinggi yang di bawah seluruh langit tertutup," melukiskan gambaran yang sangat kuat tentang kekuatan alam yang luar biasa dan kehendak ilahi yang bekerja. Ayat ini bukan sekadar deskripsi peristiwa, melainkan simbol dari perubahan fundamental yang melanda planet ini.
Kekuatan Alam yang Tak Terbendung
Pada titik ini dalam narasi, air bah telah dimulai. Frasa "makin kuat" menunjukkan intensitas yang terus meningkat. Ini bukan sekadar hujan lebat, melainkan sebuah peristiwa global yang tampaknya melampaui pemahaman manusia biasa. Air bah yang datang dari "segala mata air samudra raya yang dalam" dan "tingkap-tingkap langit" yang terbuka, menciptakan sebuah kekuatan yang tak terbendung. Gambaran bahwa "segala gunung tinggi yang di bawah seluruh langit tertutup" menegaskan cakupan bencana yang luar biasa ini. Puncak-puncak gunung, yang biasanya menjadi simbol ketinggian dan keabadian, kini tenggelam di bawah gelombang air.
Perlindungan Melalui Ketaatan
Di tengah kehancuran global ini, ada secercah harapan yang diletakkan pada bahtera Nuh. Kejadian 7:18 ini terjadi ketika Nuh dan keluarganya, bersama dengan pasangan dari setiap makhluk hidup, sudah berada di dalam bahtera. Bahtera tersebut, yang dibangun atas perintah Allah, menjadi satu-satunya tempat perlindungan di tengah badai dahsyat. Ini adalah pengingat akan pentingnya ketaatan terhadap firman Tuhan, bahkan ketika logika manusia mungkin tidak dapat memahami atau menerima skala perintah tersebut. Nuh tidak hanya membangun sebuah kapal; ia membangun sebuah wadah keselamatan berdasarkan iman dan kepercayaan kepada janji dan instruksi ilahi.
Implikasi Teologis dan Simbolis
Kisah air bah dan ayat 7:18 memiliki implikasi teologis yang mendalam. Peristiwa ini sering ditafsirkan sebagai pembersihan bumi dari kejahatan dan dosa yang merajalela. Air bah bukan hanya bencana fisik, tetapi juga tindakan pemurnian ilahi. Kemampuan air untuk menenggelamkan dan membersihkan menjadi metafora kuat untuk pencucian dosa dan permulaan yang baru. Ketinggian air yang menutupi gunung-gunung tertinggi melambangkan bahwa tidak ada tempat di bumi yang luput dari pengaruh atau keadilan ilahi.
Bagi para pembaca, Kejadian 7:18 memicu perenungan tentang kekuatan dan kedaulatan Allah atas alam semesta. Ini juga menyoroti tema penghakiman dan keselamatan. Di satu sisi, ada penghakiman atas ketidaktaatan dan kejahatan. Di sisi lain, ada penyediaan jalan keselamatan bagi mereka yang memilih untuk taat. Bahtera menjadi simbol iman yang menyelamatkan, dan air bah, meskipun menghancurkan, juga membuka jalan bagi ciptaan yang diperbarui. Memahami ayat ini dalam konteks narasi yang lebih luas memberikan perspektif yang kaya tentang iman, kedaulatan ilahi, dan harapan baru.