Keluaran 1:20

"Dan Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; sebab mereka takut akan Allah, maka Ia membuat mereka beroleh keturunan."

Ayat Keluaran 1:20 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam narasi sejarah umat Israel di Mesir. Ayat ini tidak hanya mencatat tindakan luar biasa dari dua bidan Ibrani yang berani, Sifra dan Pua, tetapi juga menyoroti kedaulatan dan kebaikan Allah yang bekerja di balik peristiwa tersebut. Di tengah ancaman genosida yang semakin nyata dengan perintah Firaun untuk membunuh setiap bayi laki-laki Ibrani yang baru lahir, keberanian dan ketakutan mereka akan Allah menjadi pilar harapan.

Firaun, yang diliputi ketakutan akan pertumbuhan populasi bangsa Israel yang pesat, mengeluarkan dekrit yang kejam. Namun, Sifra dan Pua, yang dipercayakan untuk mengawasi proses kelahiran, menolak untuk mematuhi perintah jahat tersebut. Mereka tidak hanya mengabaikan perintah raja, tetapi juga dengan cerdik memberikan alasan bahwa bayi-bayi Ibrani sudah lahir sebelum bidan tiba. Inilah inti dari keberanian yang berakar pada iman. Mereka lebih memilih untuk menyenangkan Allah daripada manusia yang berkuasa. Ketakutan akan Allah yang mereka tunjukkan bukanlah rasa takut yang melumpuhkan, melainkan rasa hormat yang mendalam dan kesadaran akan kebenaran ilahi yang melampaui hukum duniawi.

Respons Allah terhadap tindakan para bidan ini sungguh luar biasa. Alih-alih menghukum mereka karena membangkang terhadap Firaun, Allah justru "berbuat baik kepada bidan-bidan itu". Kebaikan ini bukan sekadar kompensasi sederhana, melainkan sebuah berkat yang berlimpah dan bermakna: "Ia membuat mereka beroleh keturunan." Ini adalah penggenapan dari janji ilahi tentang kesuburan dan pertumbuhan, sebuah kontras tajam dengan perintah Firaun yang bertujuan untuk memusnahkan keturunan Israel. Kebaikan Allah menekankan bahwa kesetiaan pada kehendak-Nya akan selalu berujung pada berkat yang melampaui pemahaman manusia.

Pesan Keluaran 1:20 melampaui konteks sejarahnya. Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya integritas moral dan keberanian dalam menghadapi ketidakadilan, bahkan ketika itu datang dari otoritas yang berkuasa. Ini menunjukkan bahwa tindakan kebaikan dan kebenaran, meskipun mungkin tampak kecil atau tidak berarti di mata dunia, akan selalu dilihat dan dihargai oleh Allah. Lebih jauh lagi, ayat ini adalah pengingat akan sifat Allah yang adil dan penuh kasih. Ia tidak pernah membiarkan kejahatan berkuasa tanpa campur tangan. Sebaliknya, Dia bekerja melalui orang-orang yang memilih untuk setia kepada-Nya, menggunakan mereka sebagai agen kebaikan dan pemeliharaan-Nya, bahkan di tengah situasi yang paling gelap sekalipun. Kasih Illahi, seperti yang ditunjukkan kepada Sifra dan Pua, terwujud dalam pemberian kehidupan dan kelangsungan generasi.