Lalu katanya kepada kaumnya: "Lihatlah, umat Israel itu menjadi terlalu banyak dan terlalu kuat dari pada kita. Marilah kita bertindak licik terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak; sebab, apabila terjadi peperangan, jangan-jangan mereka bergabung dengan musuh kita, memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini."
Ayat Keluaran 1:9 membawa kita pada momen krusial dalam narasi perjanjian lama, di mana ketakutan dan kecurigaan mulai membayangi hubungan antara bangsa Israel yang semakin berkembang dengan penguasa Mesir. Setelah bertahun-tahun menetap di tanah Mesir, keturunan Yakub telah berkembang biak dengan pesat, menjadi sebuah bangsa yang kuat dan berlimpah, sebuah tanda berkat ilahi yang mulai terlihat. Namun, perkembangan ini bukannya disambut dengan sukacita oleh para penguasa Mesir, melainkan justru menimbulkan kekhawatiran yang mendalam.
Pernyataan "Lihatlah, umat Israel itu menjadi terlalu banyak dan terlalu kuat dari pada kita" mencerminkan rasa terancam yang dialami oleh para pemimpin Mesir. Mereka melihat pertumbuhan populasi Israel bukan sebagai peluang kerja atau kontribusi ekonomi, melainkan sebagai ancaman eksistensial. Kekuatan dan jumlah mereka yang terus meningkat, dalam pandangan orang Mesir, berpotensi mengganggu tatanan sosial dan politik yang ada. Ketakutan ini bahkan meluas hingga ke potensi konflik militer, di mana mereka khawatir bangsa Israel akan bersekutu dengan musuh-musuh Mesir dan berbalik melawan mereka, bahkan berujung pada pengusiran dari negeri tersebut.
Frasa "Marilah kita bertindak licik terhadap mereka" menunjukkan perubahan strategi dari sekadar pengawasan menjadi tindakan manipulatif. Para penguasa Mesir tidak lagi membiarkan pertumbuhan Israel berjalan apa adanya, tetapi mulai merencanakan langkah-langkah untuk mengendalikannya. Ini adalah awal dari serangkaian penindasan yang akan dihadapi oleh bangsa Israel, yang pada akhirnya akan mengarah pada perbudakan dan penderitaan. Namun, dari sudut pandang yang lebih luas, tindakan "licik" ini justru secara tidak langsung menjadi katalis bagi pemenuhan janji Allah.
Keluaran 1:9 menggambarkan bagaimana kekhawatiran manusia dapat mendorong mereka untuk mengambil tindakan yang justru dalam rencana Allah akan membawa pada kelepasan. Meskipun para penguasa Mesir berniat buruk, pertumbuhan bangsa Israel yang mereka anggap sebagai ancaman adalah tanda dari kebenaran janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar. Ayat ini menjadi titik awal dari sebuah kisah dramatis tentang bagaimana Allah bekerja melalui situasi yang paling sulit sekalipun untuk memelihara umat-Nya dan menggenapi rencana-Nya. Ketakutan Mesir adalah bukti nyata dari berkat dan pertumbuhan yang diberikan Allah kepada Israel, sebuah berkat yang pada akhirnya akan membawa pada pembebasan yang luar biasa.
Dalam konteks modern, ayat ini mengingatkan kita bahwa seringkali apa yang kita anggap sebagai kelemahan atau ancaman justru bisa menjadi sumber kekuatan dan berkat. Kekhawatiran dan rencana licik manusia pada akhirnya tidak dapat menghalangi kehendak ilahi. Sebaliknya, seringkali melalui tantangan inilah kita melihat manifestasi kekuatan dan perlindungan ilahi yang sesungguhnya. Kisah ini terus menjadi inspirasi tentang harapan dan ketekunan di tengah penindasan, serta keyakinan bahwa janji-janji ilahi akan senantiasa tergenapi.