"Dan TUHAN mendatangkan kasih karunia kepada bangsa itu di mata orang Mesir; juga orang itu, Musa, adalah seorang yang sangat besar di tanah Mesir, di mata para pegawai Firaun dan di mata rakyatnya."
Ayat dari Kitab Keluaran pasal 11, ayat 3 ini menawarkan sebuah perspektif yang mendalam mengenai bagaimana campur tangan ilahi dapat membentuk persepsi dan perlakuan manusia. Dalam konteks narasi Keluaran, bangsa Israel sedang dalam perbudakan di Mesir, dan Musa diutus untuk memimpin mereka keluar dari sana. Ayat ini menyoroti momen krusial di mana Tuhan mulai bekerja di hati orang Mesir.
Ilustrasi: Simbol gelombang mewakili aliran kasih karunia dan pengaruh ilahi.
Sebelumnya, orang Mesir telah menghadapi serangkaian tulah yang mengerikan. Namun, ayat ini menunjukkan sebuah perubahan. Tuhan tidak hanya mendatangkan hukuman, tetapi juga menanamkan "kasih karunia" di mata orang Mesir. Ini berarti bahwa meskipun mereka mungkin masih ketakutan atau mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi, ada semacam penerimaan atau setidaknya keengganan untuk sepenuhnya menentang Musa dan bangsa Israel. Hubungan yang tadinya penuh kebencian dan penindasan mulai bergeser.
Lebih lanjut, ayat ini menekankan status Musa. "Juga orang itu, Musa, adalah seorang yang sangat besar di tanah Mesir". Kata "sangat besar" di sini bisa diterjemahkan sebagai seseorang yang sangat dihormati, ditakuti, atau memiliki pengaruh besar. Hal ini bukanlah karena kekuatan atau kecerdasannya semata, melainkan karena Tuhan yang membuatnya demikian. Musa, yang pernah melarikan diri dari Mesir, kini kembali dengan otoritas ilahi. Keberadaannya dan perkataannya memiliki bobot yang signifikan, baik di kalangan petinggi Mesir ("para pegawai Firaun") maupun di kalangan masyarakat umum ("rakyatnya").
Penting untuk dicatat bahwa keluaran 11 3 ini terjadi sebagai bagian dari persiapan untuk pembebasan Israel. Tuhan bekerja dalam berbagai cara, tidak hanya melalui tanda-tanda ajaib yang dramatis, tetapi juga melalui perubahan hati dan persepsi. Kasih karunia ilahi yang ditanamkan ini memungkinkan Musa untuk menyampaikan tuntutan akhir kepada Firaun, dan menakhlukkan hambatan-hambatan yang tadinya tampak tak teratasi. Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan memiliki kendali atas setiap aspek kehidupan, termasuk bagaimana orang lain memandang dan berinteraksi dengan kita.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mungkin menghadapi situasi di mana kita merasa tidak dihargai, tidak didengarkan, atau bahkan ditentang. Ayat keluaran 11 3 mengingatkan kita bahwa Tuhan berkuasa untuk mengubah situasi tersebut. Dia bisa menanamkan kasih karunia, memberikan hikmat, dan meningkatkan pengaruh kita di mata orang lain, asalkan kita tetap taat dan percaya pada-Nya. Kebesaran sejati bukanlah berasal dari kekuatan manusia, tetapi dari kehadiran dan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita. Ini adalah janji harapan dan kekuatan bagi setiap orang yang mencari kehendak-Nya.
Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa pembebasan yang dibawa Tuhan sering kali melibatkan proses bertahap. Kasih karunia yang ditanamkan di mata orang Mesir adalah langkah awal sebelum terjadinya tulah terakhir yang akhirnya membebaskan bangsa Israel secara total. Hal ini bisa menjadi pengingat bagi kita bahwa dalam perjuangan spiritual atau tantangan hidup, mungkin ada berkat-berkat kecil yang Tuhan berikan di sepanjang jalan, yang mempersiapkan kita untuk kemenangan yang lebih besar.