"Siapakah yang seperti Engkau, ya TUHAN, di antara para allah? Siapakah yang seperti Engkau, maha berkuasa, kudus, patut ditakuti, pendukung pujian, yang berbuat keajaiban?"
Ayat Keluaran 15 ayat 11 menegaskan keagungan Tuhan dengan pertanyaan retoris yang kuat: "Siapakah yang seperti Engkau, ya TUHAN, di antara para allah?". Pertanyaan ini bukan sekadar seruan, melainkan sebuah pengakuan mendalam atas keunikan dan kedaulatan ilahi. Dalam konteks Keluaran, setelah bangsa Israel menyaksikan pembebasan luar biasa dari perbudakan Mesir melalui serangkaian mukjizat, termasuk terbelahnya Laut Merah, pengakuan ini menjadi semakin bermakna. Ayat-ayat ini merangkum pengalaman spiritual yang mendalam, di mana kebesaran Allah tidak hanya terlihat dalam kekuatan-Nya yang menghancurkan musuh, tetapi juga dalam kasih setia-Nya yang menyelamatkan umat-Nya.
Selanjutnya, ayat Keluaran 15 ayat 16 melanjutkan dengan deskripsi yang lebih rinci mengenai sifat-sifat Allah yang patut dikagumi dan ditakuti. "Siapakah yang seperti Engkau, maha berkuasa, kudus, patut ditakuti, pendukung pujian, yang berbuat keajaiban?" Pengakuan ini mencakup beberapa atribut fundamental dari Sang Pencipta. Kata "maha berkuasa" menyoroti kekuatan-Nya yang tak terbatas, yang mampu melakukan hal-hal yang di luar nalar manusia. Frasa "kudus" menekankan kesucian-Nya yang absolut, terpisah dari segala dosa dan kenajisan. Sifat "patut ditakuti" bukanlah ketakutan yang melumpuhkan, melainkan rasa hormat yang mendalam terhadap kebesaran dan keadilan-Nya.
Aspek "pendukung pujian" menunjukkan bahwa Allah layak menerima segala bentuk penyembahan dan apresiasi dari ciptaan-Nya. Pujian bukan hanya ungkapan perasaan, tetapi juga pengakuan atas karya-karya-Nya yang agung. Dan yang tak kalah penting adalah penegasan bahwa Dia "berbuat keajaiban". Mukjizat di Laut Merah adalah salah satu bukti nyata dari klaim ini. Namun, sejarah bangsa Israel dipenuhi dengan berbagai keajaiban lain yang menunjukkan campur tangan ilahi dalam kehidupan mereka. Ayat-ayat ini menjadi dasar bagi pemahaman teologis tentang siapa Allah itu dan bagaimana kita seharusnya berelasi dengan-Nya.
Dalam konteks "keluaran 15 16", kita melihat bahwa pembebasan fisik yang dialami bangsa Israel adalah simbol dari pembebasan spiritual yang lebih besar. Keajaiban yang dilakukan Allah bukan hanya untuk menunjukkan kekuatan-Nya semata, tetapi juga untuk meneguhkan janji-Nya kepada umat pilihan-Nya. Pengalaman ini mengajarkan pentingnya mengingat perbuatan Allah, bahkan dalam menghadapi kesulitan. Ayat-ayat ini mengajak setiap individu untuk merenungkan kebesaran-Nya dalam kehidupan pribadi. Ketika kita menghadapi tantangan, mengingat bahwa Allah yang sama yang membelah Laut Merah adalah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, dapat memberikan kekuatan dan harapan.
Oleh karena itu, pengakuan akan keunikan dan kekudusan Allah, seperti yang dinyatakan dalam Keluaran 15 ayat 11-16, seharusnya membentuk cara pandang kita terhadap kehidupan. Ini bukan hanya catatan sejarah masa lalu, tetapi sebuah undangan untuk mengalami hadirat-Nya yang ajaib di masa kini.