💧

Keluaran 15:24

Dan bangsa itu bersungut-sungut kepada Musa, katanya: "Apakah yang akan kami minum?"

Ayat ini, meskipun singkat, memuat makna mendalam tentang sifat manusia dan cara Tuhan meresponsnya. Terletak di tengah-tengah perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka telah menyaksikan kuasa Tuhan yang luar biasa. Mereka telah melintasi Laut Merah dengan berjalan di tanah kering, sebuah mukjizat yang seharusnya menanamkan keyakinan yang teguh di hati mereka. Namun, realitas berikutnya menghadirkan tantangan yang berbeda.

Ketika mereka tiba di Mara, sebuah tempat yang namanya berarti "pahit", mereka menemukan sumber air yang tidak dapat diminum. Air yang seharusnya menjadi sumber kehidupan justru menjadi sumber kepedihan dan keluhan. Di sinilah kata-kata keluhan bangsa itu kepada Musa terucap, sebuah ungkapan ketidakpuasan dan keputusasaan yang mudah dikenali oleh siapa pun yang pernah menghadapi kesulitan. Mereka tidak hanya mengeluh tentang air yang pahit, tetapi juga secara implisit mengeluh kepada pemimpin mereka, Musa, dan, pada akhirnya, kepada Tuhan sendiri yang telah memimpin mereka ke tempat ini.

Situasi ini mengingatkan kita bahwa bahkan setelah mengalami perbuatan ajaib, keraguan dan keluhan dapat dengan mudah muncul ketika kita menghadapi rintangan. Bangsa Israel terlalu cepat melupakan kebaikan dan pemeliharaan Tuhan yang telah mereka saksikan. Mereka lupa bahwa tangan yang membelah laut adalah tangan yang sama yang dapat menyediakan kebutuhan mereka. Fokus mereka bergeser dari pemeliharaan Tuhan kepada kenyamanan pribadi dan kebutuhan langsung.

Respon Musa adalah respon seorang pemimpin yang dihormati oleh Tuhan. Dia berdoa kepada Tuhan. Doa Musa bukanlah doa keluhan, melainkan doa permohonan petunjuk dan pertolongan. Di sini kita melihat perbedaan antara keluhan yang destruktif dan permohonan yang konstruktif. Musa membawa masalah itu kepada sumber otoritas yang lebih tinggi. Dan Tuhan menjawab.

Tuhan menunjukkan kepada Musa sebatang pohon, yang ketika dilemparkan ke dalam air, menjadikannya manis. Ini adalah ilustrasi visual yang kuat tentang bagaimana Tuhan dapat mengubah situasi yang pahit menjadi manis. Pohon ini melambangkan sebuah solusi yang sederhana namun ajaib yang diberikan oleh Tuhan. Ini bukan hanya tentang air, tetapi tentang sebuah pengajaran. Tuhan ingin mereka belajar untuk mempercayai-Nya dalam setiap keadaan, baik saat kemudahan maupun kesulitan.

Keluaran 15:24 adalah pengingat bahwa keluhan, meskipun merupakan reaksi alami, seringkali merupakan tanda hilangnya iman. Kehidupan dipenuhi dengan "air pahit" – kekecewaan, kegagalan, dan kesulitan yang tak terduga. Namun, seperti Musa, kita dipanggil untuk membawa masalah kita kepada Tuhan dalam doa. Dan seperti Tuhan yang mengubah air pahit di Mara, Dia memiliki kuasa untuk mengubah situasi kita, untuk memberikan manisnya kebenaran dan pemeliharaan-Nya, jika kita bersedia berserah dan mempercayai-Nya.