"Pada hari yang keenam mereka mengumpulkan dua kali lipat, dua gomer untuk tiap-tiap orang. Dan semua pemimpin umat berkumpul dan memberitahukan hal itu kepada Musa."
Ayat Keluaran 16:22 menceritakan sebuah momen penting dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Setelah sebelumnya diperkenankan menikmati berkat manna yang turun setiap hari, kini mereka dihadapkan pada kebutuhan yang lebih besar. Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa pada hari keenam persiapan mereka, mereka mengumpulkan "dua gomer untuk tiap-tiap orang". Ini menandakan adanya persiapan ekstra untuk menyambut hari Sabat, hari di mana mereka dilarang bekerja dan harus beristirahat. Pemimpin umat kemudian melaporkan hal ini kepada Musa, menunjukkan adanya struktur kepemimpinan dan komunikasi yang efektif dalam komunitas tersebut.
Kisah manna dan air yang keluar dari batu dari padang gurun Sin, seperti yang tercatat dalam Kitab Keluaran, merupakan bukti nyata pemeliharaan Allah yang luar biasa terhadap umat-Nya. Di tengah kondisi alam yang tandus dan tanpa sumber makanan serta air yang memadai, Allah menyediakan kebutuhan mereka secara ajaib. Manna, yang sering digambarkan seperti biji ketumbar putih, rasanya seperti kue madu, adalah makanan yang diberikan dari surga. Ini bukan sekadar makanan fisik, tetapi juga simbol dari ketergantungan total umat Israel kepada Allah untuk kelangsungan hidup mereka. Setiap pagi, ketika embun menguap, manna akan muncul di permukaan tanah, siap untuk dikumpulkan.
Begitu pula dengan air yang keluar dari batu. Ketika bangsa Israel kehausan dan bersungut-sungut kepada Musa, Allah memerintahkan Musa untuk memukul batu karang, dan dari batu tersebut keluarlah air yang melimpah. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah mampu menyediakan kebutuhan paling mendasar sekalipun, bahkan dari sumber yang tampaknya tidak mungkin. Kedua mukjizat ini, manna dan air dari batu, adalah pengingat abadi akan kesetiaan dan kuasa Allah.
Fokus pada hari keenam, sebagaimana disebutkan dalam Keluaran 16:22, menyoroti pentingnya hari Sabat. Dengan mengumpulkan dua kali lipat pada hari itu, bangsa Israel belajar untuk mematuhi perintah Allah dan menghormati hari yang dikuduskan-Nya. Ini bukan sekadar aturan, tetapi sebuah latihan rohani untuk berhenti bekerja, beristirahat, dan merenungkan kasih karunia Allah. Persiapan ekstra ini mengajarkan disiplin, perencanaan, dan kepercayaan bahwa Allah akan menyediakan berkat-Nya pada waktu-Nya. Laporan kepada Musa menegaskan kembali peran kepemimpinan dalam memastikan seluruh umat memahami dan melaksanakan perintah ilahi.
Keluaran 16:22, dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya tentang makanan dan minuman. Ini adalah kisah tentang iman, ketaatan, dan pemeliharaan ilahi. Di tengah kesulitan dan ketidakpastian, Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ia menyediakan apa yang mereka butuhkan, mengajarkan mereka pelajaran berharga tentang kehidupan rohani, dan membimbing mereka menuju tanah perjanjian. Kisah ini terus relevan bagi kita saat ini, mengingatkan bahwa dalam setiap tantangan hidup, kita dapat bersandar pada Allah yang setia, yang sanggup menyediakan segalanya bagi mereka yang percaya dan taat kepada-Nya.