Ketika ia melihat itu pada hari berikutnya, tampaklah ia sedang berkelahi dengan orang Ibrani, dan ia berkata kepada orang yang salah: "Mengapa engkau memukul kawanmu?"
Ayat Keluaran 2:13 ini menggambarkan sebuah momen krusial dalam kehidupan Musa, seorang tokoh sentral dalam sejarah Israel. Kejadian ini terjadi ketika Musa hidup di istana Firaun Mesir, namun hatinya terus tertuju pada saudara-saudaranya sebangsanya yang diperbudak. Ia telah menyaksikan langsung penderitaan yang dialami oleh orang Ibrani, dan rasa keadilan serta empati mulai tumbuh kuat dalam dirinya. Pada hari kedua setelah insiden pembunuhan seorang mandor Mesir yang menindas orang Ibrani, Musa kembali menyaksikan sebuah pertikaian di antara sesama orang Ibrani. Keadaan ini memicu reaksi spontan dari Musa.
Dengan penuh rasa ingin tahu dan kepedulian, Musa mendekati situasi tersebut. Ia melihat dua orang Ibrani sedang terlibat dalam perkelahian. Sebagai seorang yang sudah terbiasa hidup dalam kemewahan dan aturan yang berbeda, namun tetap memiliki akar spiritual yang kuat dengan bangsanya, Musa merasa terpanggil untuk turun tangan. Ia bertanya dengan nada yang menunjukkan kebingungan sekaligus keprihatinan, "Mengapa engkau memukul kawanmu?" Pertanyaan ini bukan hanya sekadar mencari tahu penyebab perkelahian, tetapi juga mencerminkan sebuah harapan bahwa perselisihan antar sesama sebangsa seharusnya tidak terjadi, terutama dalam kondisi tertindas seperti yang mereka alami.
Respons Musa menunjukkan bahwa ia belum sepenuhnya memahami peranannya yang lebih besar di masa depan. Ia bertindak sebagai seorang yang mencoba menegakkan keadilan pada tingkat individu, tanpa menyadari bahwa Tuhan memiliki rencana yang jauh lebih besar baginya untuk membebaskan seluruh bangsa Israel dari perbudakan. Peristiwa ini menjadi titik penting dalam pembentukan karakter Musa. Ia mulai melihat realitas pahit yang dihadapi bangsanya secara langsung, bukan hanya dari cerita atau pengamatan pasif. Tindakannya ini, meskipun mungkin dianggap sebagai campur tangan, adalah manifestasi awal dari keberanian dan semangat kepemimpinan yang kelak akan ia tunjukkan dalam memimpin umat Israel keluar dari Mesir.
Pemahaman mendalam tentang ayat ini juga perlu mencakup konteks sejarah dan sosial Mesir kuno, serta kondisi penindasan yang dialami oleh orang Ibrani. Musa, yang dibesarkan di lingkungan Mesir namun mengetahui asal-usulnya, berada dalam posisi unik untuk memahami kedua belah pihak. Pertanyaan yang ia ajukan mencerminkan kebingungan atas kekerasan yang terjadi di antara mereka yang seharusnya bersatu menghadapi musuh bersama. Ini adalah pengingat bahwa bahkan di tengah kesulitan, persatuan dan kasih persaudaraan adalah kunci untuk bertahan dan akhirnya meraih kemerdekaan. Keluaran 2:13 memberikan sebuah gambaran tentang momen refleksi dan awal mula dari sebuah perjalanan epik yang akan mengubah nasib sebuah bangsa.