Keluaran 2:6

"Dan ketika perempuan itu membuka keranjang itu, dilihatnyalah bayi itu, dan karena belas kasihan timbullah rasa sayangnya kepadanya. Kata perempuan itu: 'Ini tentulah salah seorang dari bayi-bayi Ibrani itu.'"

Kisah Penyelamatan yang Mengharukan

Ayat ini, yang berasal dari kitab Keluaran pasal 2 ayat 6, menceritakan sebuah momen krusial dalam kehidupan Musa, nabi besar umat Israel. Di tengah ancaman pembunuhan bayi laki-laki Ibrani yang diperintahkan oleh Firaun, seorang ibu yang penuh kasih tak berani membiarkan anaknya menjadi korban. Dengan hati yang berat namun penuh harapan, ia menempatkan Musa kecil di dalam sebuah keranjang dari tumbuhan papirus dan meletakkannya di tepi Sungai Nil. Tindakan ini bukan sekadar upaya persembunyian, melainkan sebuah bentuk doa dan kepercayaan pada pemeliharaan Ilahi.

Momen Keajaiban

Ilustrasi visualisasi momen penemuan.

Keajaiban tidak berhenti sampai di situ. Keranjang itu, yang telah diolesi ter dan gala-gala, hanyut dan akhirnya terdampar di tepi sungai, di tempat yang sering dikunjungi oleh putri Firaun dan para hambanya. Ketika sang putri membuka keranjang itu, apa yang dilihatnya adalah seorang bayi laki-laki yang menangis. Momen ini adalah titik balik yang dramatis. Seharusnya, segala sesuatu yang berhubungan dengan bayi Ibrani harus dihancurkan. Namun, di sinilah keindahan kemanusiaan dan campur tangan ilahi bersinar.

Belas Kasihan yang Mengubah Takdir

Ayat 6 secara gamblang mengungkapkan reaksi putri Firaun: "dilihatnyalah bayi itu, dan karena belas kasihan timbullah rasa sayangnya kepadanya." Perasaan belas kasihan yang mendalam ini adalah kunci. Ini adalah respons yang tidak terduga, sebuah percikan empati yang menembus kekerasan dekrit kerajaan. Sang putri, meskipun berada di lingkungan kerajaan Mesir yang mendominasi, mampu melihat kemanusiaan dalam diri bayi itu, bukan hanya sebagai ancaman potensial, tetapi sebagai makhluk yang rapuh dan membutuhkan perlindungan.

Kemudian, sang putri mengidentifikasi bayi itu, "Kata perempuan itu: 'Ini tentulah salah seorang dari bayi-bayi Ibrani itu.'" Pengakuan ini menunjukkan kesadarannya akan situasi politik dan sosial saat itu, namun hal itu tidak menghalanginya untuk bertindak. Sebaliknya, pengakuan ini seolah memvalidasi naluri pelindungnya. Keputusan yang diambil selanjutnya, yaitu menyelamatkan bayi tersebut, bukanlah semata-mata tindakan kebetulan, melainkan sebuah rangkaian peristiwa yang dirancang dengan tujuan lebih besar.

Implikasi dan Makna

Keluaran 2:6 bukan sekadar cerita tentang seorang bayi yang diselamatkan. Ayat ini memuat makna yang mendalam:

Dengan demikian, Keluaran 2:6 menjadi bukti nyata bahwa dalam situasi paling genting sekalipun, harapan dapat ditemukan. Keajaiban tersembunyi dalam belas kasihan, dan sebuah kehidupan yang tampaknya terancam bisa menjadi awal dari pembebasan bagi banyak orang. Kisah ini terus menginspirasi kita untuk bertindak dengan empati dan percaya pada kekuatan kebaikan, bahkan di dunia yang seringkali terasa keras.