Kisah Para Rasul 13-18: Perjalanan Penuh Pengorbanan dan Pertumbuhan Iman

"Ketika mereka melayani Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: 'Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutetapkan bagi mereka.'" (Kisah Para Rasul 13:2)

Simbol Perjalanan Roh Kudus

Bab 13 hingga 18 dari Kitab Kisah Para Rasul adalah periode krusial dalam penyebaran Injil ke dunia non-Yahudi. Periode ini menandai dimulainya misi Paulus dan Barnabas yang pertama, sebuah perjalanan misionaris yang penuh dengan tantangan, mukjizat, dan pertumbuhan iman yang luar biasa. Dari Antiokhia di Siria, mereka diutus oleh Roh Kudus untuk memberitakan Kristus kepada bangsa-bangsa lain, membuka lembaran baru dalam sejarah gereja mula-mula.

Perjalanan pertama ini membawa Paulus dan Barnabas ke Siprus, sebuah pulau yang kaya akan sejarah dan pengaruh Yunani. Di sana, mereka menghadapi berbagai macam reaksi, dari penerimaan yang antusias hingga penolakan yang keras. Salah satu momen penting terjadi ketika mereka berhadapan dengan Elimas, seorang ahli sihir yang berusaha menghalangi mereka. Melalui kuasa Roh Kudus, Paulus membuat Elimas buta sementara, sebuah peristiwa yang meyakinkan prokonsul pulau itu, Sergius Paulus, akan kebenaran Injil. Ini menjadi bukti nyata bahwa Allah bekerja melalui hamba-hamba-Nya untuk menjangkau berbagai kalangan.

Setelah dari Siprus, mereka melanjutkan perjalanan ke Asia Kecil, mengunjungi kota-kota seperti Perge, Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra, dan Derbe. Di setiap kota, Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di sinagoge Yahudi terlebih dahulu, namun ketika mereka ditolak, mereka berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Kisah di Listra sangat menarik, di mana mereka disalahartikan sebagai dewa karena mukjizat penyembuhan yang dilakukan Paulus terhadap seorang yang lumpuh sejak lahir. Namun, kesalahpahaman ini segera berubah menjadi penganiayaan ketika orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium datang untuk memprovokasi massa. Paulus bahkan dilempari batu hingga dianggap mati, namun ia bangkit kembali dan melanjutkan pelayanannya.

Peristiwa-peristiwa ini mengajarkan kita tentang ketahanan dan keberanian yang luar biasa yang dibutuhkan para rasul dalam menghadapi penolakan dan penganiayaan. Mereka tidak gentar, tetapi terus teguh dalam panggilan mereka. Setelah menyelesaikan perjalanan pertama, mereka kembali ke Antiokhia dan mengadakan pertemuan penting dengan para rasul di Yerusalem, yang dikenal sebagai Konsili Yerusalem (Kisah Para Rasul 15). Konsili ini membahas pertanyaan krusial mengenai apakah orang non-Yahudi yang percaya kepada Kristus perlu disunat dan mengikuti hukum Taurat. Keputusan yang diambil sangat revolusioner: bahwa keselamatan datang melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui ketaatan pada hukum Taurat. Ini membuka pintu lebar bagi inklusi bangsa-bangsa lain ke dalam gereja.

Bagian selanjutnya dari narasi ini (Kisah Para Rasul 16-18) menggambarkan misi kedua Paulus, kali ini bersama Silas, dan kemudian menambahkan Timotius. Mereka kembali mengunjungi kota-kota yang telah mereka layani, memperkuat jemaat-jemaat yang ada dan terus menjangkau wilayah baru. Kisah Paulus mendengarkan panggilan dalam mimpi dari seorang Makedonia untuk datang ke Eropa menjadi titik balik yang signifikan, menandai dimulainya pekabaran Injil di benua Eropa. Di Filipi, mereka mengalami penganiayaan lagi, namun juga menyaksikan mukjizat pembebasan dari penjara. Di Tesalonika dan Berea, mereka disambut dengan baik, namun juga menghadapi permusuhan.

Perjalanan Paulus ke Korintus juga merupakan bagian penting, di mana ia menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mendirikan jemaat di kota yang terkenal dengan kemerosotan moralnya. Di sana, ia bertemu dengan Akwila dan Priskila, rekan sekerja yang setia. Melalui pelayanan Paulus, banyak orang Korintus yang percaya dan jemaat yang kuat terbentuk. Kisah Para Rasul 13-18 secara keseluruhan adalah narasi yang kaya tentang iman yang menggerakkan, keberanian yang tak tergoyahkan, dan kuasa Roh Kudus yang memampukan para rasul untuk membawa terang Injil ke berbagai penjuru dunia, membentuk dasar bagi gereja universal yang kita kenal hari ini. Semangat pantang menyerah dan keyakinan mereka terhadap kebenaran Kristus tetap menjadi inspirasi bagi umat percaya hingga kini.