Keluaran 21:6 - Pelayanan Seumur Hidup

"Maka haruslah tuannya membawa dia menghadap Allah, dan membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya harus menglubangi telinganya dengan penusuk, maka ia akan menjadi budaknya untuk selama-lamanya."

Simbol telinga yang tertusuk sebagai tanda pelayanan

Ayat Keluaran 21:6 ini memberikan gambaran mengenai sebuah tindakan hukum dan sosial yang unik dalam tatanan masyarakat Israel kuno. Frasa "Keluaran 21:6" merujuk pada pasal dan ayat spesifik dalam Kitab Keluaran di Alkitab, yang memuat hukum-hukum yang diberikan kepada bangsa Israel. Ayat ini khususnya berkaitan dengan status seorang budak yang memilih untuk tetap melayani tuannya seumur hidup.

Dalam konteks sejarahnya, sistem perbudakan di Israel kuno memiliki perbedaan signifikan dengan praktik perbudakan di banyak peradaban lain. Hukum Taurat seringkali berusaha melindungi hak-hak individu, termasuk budak, dan memberikan jalan keluar dari keadaan yang sulit. Ayat ini menggambarkan salah satu cara seorang budak dapat secara sukarela mengikatkan dirinya kepada tuannya tanpa batas waktu.

Proses yang digambarkan sangat simbolis: membawa budak menghadap Allah, yang menunjukkan bahwa tindakan ini disaksikan dan disahkan oleh otoritas ilahi. Kemudian, membawanya ke pintu atau tiang pintu, yang merupakan pusat kehidupan rumah tangga dan gerbang keluar masuk, melambangkan penetapan status baru di tengah kehidupan komunitas. Tindakan paling mencolok adalah telinga yang dilubangi dengan penusuk. Lubang pada telinga bukanlah sekadar tanda fisik, melainkan simbol kesediaan untuk terus mendengarkan dan mematuhi perintah tuannya. Ini adalah manifestasi visual dari komitmen abadi.

Mengapa seseorang mau melakukan ini? Ada beberapa kemungkinan alasan. Pertama, mungkin budak tersebut memiliki hubungan yang sangat baik dengan tuannya, merasa aman dan terlindungi, serta tidak memiliki tempat lain untuk pergi atau masa depan yang lebih baik. Kedua, ini bisa menjadi cara untuk memastikan keberlangsungan hidup dan pemeliharaan, terutama jika ia adalah seorang yatim piatu atau tidak memiliki keluarga. Pilihan ini menunjukkan kepercayaan dan kepuasan terhadap kondisi yang ada, yang kemudian diabadikan melalui ikatan seumur hidup.

Ayat ini juga bisa dipandang sebagai metafora dalam pemahaman spiritual. Bagi banyak umat beriman, ayat ini dapat diinterpretasikan sebagai gambaran kesediaan untuk sepenuhnya mempersembahkan diri kepada Tuhan. Seperti budak yang telinganya dilubangi untuk mendengarkan tuannya, seorang percaya dipanggil untuk mendengarkan suara Tuhan dan menundukkan kehendak pribadi kepada kehendak Ilahi. Tindakan ini melambangkan penyerahan diri total, kesediaan untuk melayani tanpa syarat, dan penerimaan atas bimbingan serta perlindungan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. Pelayanan semacam ini, ketika dilakukan dengan hati yang tulus, adalah bentuk ekspresi iman yang mendalam, sebuah kesepakatan abadi antara jiwa dan Sang Pencipta, yang bukan lagi tentang perbudakan dalam arti negatif, melainkan tentang kasih dan pengabdian yang tak terhingga.

Dengan demikian, Keluaran 21:6 bukan hanya catatan sejarah tentang sistem hukum kuno, tetapi juga mengandung pelajaran berharga tentang komitmen, kesetiaan, dan penyerahan diri, baik dalam konteks sosial maupun spiritual.