Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Katakanlah kepada orang Israel, suruhlah mereka mengumpulkan persembahan-persembahan untuk Aku; dari setiap orang yang tergerak hatinya, kamu harus menerima persembahan-persembahan itu."
Simbolik persembahan dan kemuliaan ilahi.
Ayat Keluaran 25:1 menandai permulaan instruksi ilahi yang sangat rinci mengenai pembangunan Kemah Suci. Firman Tuhan yang disampaikan kepada Musa bukanlah sekadar tuntutan, melainkan sebuah undangan. Tuhan memanggil umat-Nya untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan tempat di mana kehadiran-Nya akan bersemayam di tengah-tengah mereka. Ini adalah sebuah fondasi yang krusial, menunjukkan bahwa hubungan perjanjian antara Tuhan dan umat manusia dibangun atas dasar kerja sama dan pemberian yang sukarela.
Perintah untuk mengumpulkan "persembahan-persembahan" membuka pintu bagi setiap individu Israel untuk berkontribusi sesuai dengan kemampuan dan kerelaan hati mereka. Konsep "tergerak hatinya" sangatlah penting. Ini bukan tentang pemberian yang terpaksa atau karena kewajiban semata, melainkan sebuah ekspresi dari iman, kesadaran akan kebaikan Tuhan, dan kerinduan untuk mendatangkan kemuliaan bagi-Nya. Setiap persembahan, sekecil apapun, memiliki nilai karena berasal dari hati yang tulus dan penuh hormat.
Perintah ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Kemah Suci, yang akan dibangun dari persembahan-persembahan ini, adalah gambaran profetik tentang kehadiran Tuhan yang dapat diakses oleh umat-Nya. Keindahan, kemegahan, dan ketelitian dalam setiap detail Kemah Suci mencerminkan kesucian dan kemuliaan Tuhan sendiri. Persembahan yang diberikan umat Israel bukan hanya materi, tetapi juga merupakan lambang dari hati mereka yang dikuduskan dan dipersembahkan kepada Tuhan.
Melalui inisiatif pengumpulan persembahan, Tuhan mengajarkan prinsip penting tentang pengelolaan sumber daya. Apa yang telah diberikan Tuhan kepada umat-Nya, kini diminta sebagian untuk dikembalikan kepada-Nya demi pembangunan tempat ibadah dan tanda kehadiran-Nya. Ini menekankan bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan, dan kita adalah penjaga yang dipercayakan untuk mengelola dan menggunakannya bagi kemuliaan-Nya. Keterlibatan dalam pembangunan Kemah Suci juga menumbuhkan rasa memiliki dan identitas kolektif di antara orang Israel sebagai umat perjanjian Tuhan.
Meskipun Kemah Suci secara fisik tidak lagi ada, prinsip-prinsip yang terkandung dalam Keluaran 25:1 tetap relevan bagi kehidupan rohani umat percaya saat ini. Ajakan untuk memberikan persembahan yang "tergerak hatinya" terus bergema. Kita dipanggil untuk memberikan bukan hanya materi, tetapi juga waktu, talenta, dan segenap hidup kita kepada Tuhan.
Persembahan kita hari ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk: mendukung pelayanan gereja, membantu sesama yang membutuhkan, melayani dalam komunitas iman, atau bahkan sekadar menjaga kekudusan hidup kita sebagai "bait Allah" yang hidup. Setiap tindakan kasih, pengorbanan, dan pelayanan yang dilakukan dengan motivasi yang benar adalah bentuk persembahan yang menyenangkan hati Tuhan. Seperti halnya persembahan emas, perak, dan tembaga yang digunakan untuk membangun Kemah Suci, persembahan kita hari ini turut membangun Kerajaan Allah di bumi dan menjadi saksi kehadiran-Nya.