Kisah yang tercatat dalam Kitab Kejadian pasal 7 ayat 13 adalah sebuah momen krusial dalam narasi agung mengenai air bah yang melanda bumi. Ayat ini tidak hanya sekadar mencatat kehadiran sekelompok orang, tetapi menggarisbawahi momen dimulainya sebuah babak baru bagi umat manusia dan ciptaan. Kata "pada hari itu juga" memberikan penekanan akan ketepatan waktu dan pelaksanaan perintah ilahi yang tepat tanpa penundaan.
Nuh, sang tokoh utama dalam kisah ini, bersama seluruh keluarganya, adalah segelintir orang yang dipercayakan untuk melanjutkan keturunan dan melestarikan kehidupan di muka bumi. Keberadaan mereka di dalam bahtera adalah bukti ketaatan mereka kepada Allah di tengah generasi yang telah jauh menyimpang. Bersama Nuh ada ketiga anaknya, yaitu Sem, Ham, dan Yosua, yang masing-masing akan menjadi bapak leluhur dari berbagai bangsa di masa depan. Peran mereka sangat vital; mereka bukan sekadar penumpang, melainkan pewaris janji dan penerus mandat ilahi.
Kemudian, ayat tersebut secara spesifik menyebutkan kehadiran para istri Nuh dan ketiga istri anak-anaknya. Kehadiran mereka menegaskan pentingnya keluarga sebagai unit dasar dalam kelangsungan hidup. Tanpa mereka, rencana Allah untuk memulihkan dan memperbaharui bumi setelah murka-Nya akan terhenti. Ini menunjukkan bahwa setiap anggota keluarga memiliki peran yang ditakdirkan dan penting dalam rencana besar Allah.
Masuknya mereka ke dalam bahtera adalah momen yang sarat makna. Bahtera itu sendiri, yang dibangun atas perintah Allah, menjadi simbol keselamatan dan perlindungan. Sementara di luar sana, langit mulai terbuka dan bumi dipenuhi dengan air yang meluap, di dalam bahtera, Nuh dan keluarganya berada dalam naungan kuasa Allah. Mereka bukan bersembunyi dari Allah, tetapi justru berdiam di dalam wadah yang diciptakan oleh Allah untuk menyelamatkan mereka dari penghakiman-Nya.
Ayat ini, meski singkat, menyimpan kedalaman teologis yang luar biasa. Ia berbicara tentang kedaulatan Allah dalam menghakimi kejahatan, namun sekaligus kemurahan hati-Nya dalam menyediakan jalan keselamatan bagi orang-orang yang taat. Kisah Nuh dan air bah mengingatkan kita bahwa di tengah badai dan kesulitan hidup, ketaatan kepada firman Allah adalah kunci untuk menemukan perlindungan dan harapan. Keberanian Nuh untuk mematuhi instruksi yang mungkin tampak mustahil atau tidak masuk akal pada zamannya, patut menjadi teladan bagi setiap orang percaya.
Fakta bahwa seluruh keluarga Nuh masuk bersama-sama ke dalam bahtera juga menyoroti aspek kolektivitas dalam keselamatan. Meskipun iman adalah hal yang personal, dampaknya sering kali dirasakan oleh seluruh keluarga. Keselamatan yang dialami Nuh adalah keselamatan bagi keluarganya, sebuah gambaran awal tentang bagaimana keselamatan dalam Kristus dapat menjangkau seisi rumah tangga bagi mereka yang percaya.