Ilustrasi Rohani Terangi Jalanmu

Keluaran 26-34: Merancang Kehidupan yang Berkenan

"Dan kamu harus membuat tabernakel dari sepuluh tirai tenun halus dari lenan, dan dari lenan biru, dan ungu, dan merah tua; dengan kerub-kerub yang dikerjakan dengan ahli." (Keluaran 26:1)

Makna Mendalam dari Rancangan Tabernakel

Bagian Kitab Keluaran pasal 26 hingga 34 ini menceritakan tentang rancangan dan pembangunan Tabernakel, tempat ibadah yang diperintahkan Tuhan untuk didirikan di tengah-tengah umat Israel. Detail-detail yang diberikan sangatlah spesifik, mulai dari bahan yang digunakan, ukuran, hingga cara pemasangannya. Ini bukan sekadar petunjuk teknis, melainkan sebuah gambaran simbolis yang kaya akan makna spiritual. Setiap elemen Tabernakel memiliki pesan tersendiri tentang kekudusan Tuhan, kedekatan-Nya dengan umat-Nya, serta cara manusia untuk menghampiri-Nya.

Dalam Keluaran 26, kita menemukan instruksi mengenai tirai-tirai Tabernakel. Penggunaan lenan halus, biru, ungu, dan merah tua, serta gambar kerub-kerub, semuanya mengisyaratkan kemuliaan dan kekudusan Ilahi. Warna-warna tersebut seringkali melambangkan kebenaran, kerajaan, dan pengorbanan. Kerub-kerub, sebagai penjaga takhta Tuhan, mengingatkan bahwa kehadiran-Nya sangat kudus dan memerlukan penghormatan. Ini mengajarkan kita bahwa dalam mendekati Tuhan, kita harus melakukannya dengan hati yang tulus, dalam kekudusan, dan mengenali kebesaran-Nya.

Lebih lanjut, pasal 27 dan 28 memberikan rincian mengenai mezbah korban bakaran dan imam-imam yang akan melayani. Mezbah korban bakaran menjadi tempat pengampunan dosa melalui kurban binatang. Ini adalah bayangan dari pengorbanan Kristus di kemudian hari, yang menjadi penebusan sempurna bagi dosa umat manusia. Pakaian kebesaran imam, yang juga dirancang dengan detail luar biasa, menunjukkan peran penting imam sebagai perantara antara Tuhan dan umat-Nya. Mereka membawa beban umat di hadapan Tuhan, mengenakan nama-nama suku Israel pada batu-batu efod.

Pedoman Hidup dari Hukum dan Perjanjian

Memasuki pasal 29 hingga 34, fokus beralih pada penahbisan imam, peraturan mengenai persembahan, dan perjanjian Tuhan dengan umat-Nya. Tuhan memberikan hukum-hukum yang mengatur kehidupan sehari-hari umat-Nya, termasuk berbagai larangan dan perintah yang bertujuan untuk memelihara kekudusan dan keharmonisan dalam komunitas. Perintah-perintah ini bukanlah beban, melainkan panduan agar umat-Nya dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan merasakan berkat-Nya.

Keluaran 31 dan 32 menampilkan momen yang sangat krusial: pemberian loh batu berisi Sepuluh Perintah. Ini adalah fondasi moral dan spiritual bagi bangsa Israel, dan juga bagi banyak peradaban di kemudian hari. Namun, momen ini diselingi dengan kegagalan umat Israel yang membuat patung anak lembu emas dan menyembahnya. Peristiwa ini menunjukkan betapa rapuhnya hati manusia dan betapa mudahnya tergoda untuk berpaling dari Tuhan. Musa bertindak sebagai nabi yang menegur dan memohon pengampunan bagi umat-Nya, menegaskan kembali perjanjian yang telah dibuat.

Kisah pembangunan Tabernakel dan berbagai hukum yang menyertainya memberikan pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Ini mengajarkan pentingnya menghampiri Tuhan dengan kekudusan dan kerendahan hati, pentingnya pengampunan dosa melalui pengorbanan, serta pentingnya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran yang telah ditetapkan. Dengan memahami dan merenungkan bagian ini, kita dapat lebih menghargai kasih karunia Tuhan dan berusaha untuk hidup berkenan di hadapan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita.