"Buatlah loh-loh kerub dari emas, baik yang bersulam maupun yang bertenun, yang akan menutupi kedua ujung tabir kemah."
Simbol kerub yang terinspirasi dari seni kuno.
Ayat dari Kitab Keluaran 26:4 membuka sebuah jendela menuju masa lalu, memperkenalkan kita pada detail penting dari Tabernakel, pusat ibadah dan kehadiran ilahi bagi bangsa Israel di padang gurun. Perintah untuk membuat loh-loh kerub dari emas pada kedua ujung tabir kemah bukanlah sekadar dekorasi artistik. Kerub adalah makhluk surgawi yang sering digambarkan menjaga kesucian dan takhta Allah dalam tradisi Alkitab. Keberadaan mereka pada tabir yang memisahkan Ruang Suci dari Ruang Mahakudus menegaskan bahwa hanya melalui penjagaan dan kehadiran ilahi, seseorang dapat mendekat kepada Tuhan. Ini adalah pengingat visual akan sifat Allah yang kudus dan kesenjangan yang besar antara kesucian-Nya dan ketidaksempurnaan manusia.
Penyebutan "baik yang bersulam maupun yang bertenun" menunjukkan keahlian luar biasa yang diminta dalam pembuatan elemen-elemen Tabernakel. Ini bukan pekerjaan yang sederhana; ini menuntut ketelitian, kesabaran, dan dedikasi penuh. Setiap detail, termasuk detail pada loh-loh kerub, memiliki makna. Emas, sebagai logam yang paling berharga, melambangkan kemurnian, keagungan, dan kemuliaan ilahi. Kerub yang bersulam atau bertenun menyiratkan kehalusan artistik dan kesempurnaan, mencerminkan sifat pekerjaan yang dipersembahkan kepada Tuhan.
Perintah ini juga menjadi fondasi penting bagi ritual dan sistem persembahan yang akan diatur di kemudian hari. Tabir kemah, dengan kerubnya, berfungsi sebagai simbol fisik dari perjanjian antara Allah dan umat-Nya, serta pemisahan antara dunia fana dan alam baka. Kehadiran kerub di sini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mengingatkan bahwa Allah itu kudus, dan kedekatan dengan-Nya memerlukan persiapan dan pengudusan. Ini adalah gambaran awal dari sebuah realitas spiritual yang akan terungkap lebih dalam di masa mendatang, di mana tabir kesucian ilahi akan dapat dilalui oleh orang percaya melalui pengorbanan Kristus.
Meskipun Tabernakel tidak lagi berdiri dan bentuk ibadah telah berubah secara fundamental, prinsip-prinsip yang terkandung dalam Keluaran 26:4 tetap relevan. Prinsip kesucian Allah, kebutuhan akan pemisahan dari dosa, dan keharusan pendekatan yang pantas kepada Tuhan masih menjadi inti dari iman. Kerub pada tabir mengingatkan kita bahwa jalan menuju hadirat Allah tidak terbuka begitu saja; ia telah disediakan melalui anugerah-Nya.
Ayat ini juga mengajarkan pentingnya mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Tidak hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam sikap hati, dedikasi, dan usaha kita. Ketika kita memberikan yang terbaik dalam setiap aspek kehidupan kita, kita menghormati Dia yang adalah sumber segala kebaikan. "Keluaran 26:4" adalah lebih dari sekadar deskripsi arsitektural; ia adalah narasi tentang kekudusan ilahi, keindahan ciptaan yang didedikasikan, dan janji akan kehadiran-Nya yang tak tergoyahkan.