Yeremia 36:24

"Sekalipun Yoyakim dan seluruh pengikutnya serta seluruh pejabatnya tidak mendengar segala perkataan yang diucapkan oleh Yeremia atas perintah TUHAN, namun raja Yehuda, Yoyakim, tidak mengoyakkan surat-surat maupun gulungan-gulungan kitab itu, dan tidak merasa takut."

Kisah yang tercatat dalam Kitab Yeremia pasal 36 menyajikan gambaran dramatis tentang keberanian iman di tengah penolakan yang keras. Ayat 24 dari pasal ini menyoroti respons Raja Yoyakim dan para pejabatnya terhadap pesan kenabian yang disampaikan oleh Yeremia melalui Barukh, juru tulisnya. Pesan tersebut adalah peringatan keras dari Tuhan tentang penghukuman yang akan datang atas dosa dan ketidaktaatan bangsa Yehuda, khususnya Yerusalem. Namun, alih-alih mendengarkan dan bertobat, mereka justru memilih untuk mengabaikannya.

Ayat ini penting karena ia menunjukkan perbedaan krusial antara dua reaksi yang mungkin timbul ketika menghadapi firman Tuhan. Di satu sisi, kita melihat penolakan yang terang-terangan dari Yoyakim dan pengikutnya. Mereka mendengar, tetapi hati mereka tertutup, dan mereka tidak merasa perlu untuk mengubah jalan hidup mereka yang penuh dosa. Sikap ini mencerminkan kesombongan dan ketidakpedulian terhadap otoritas ilahi. Mereka lebih memilih kenyamanan sesaat daripada kebenaran abadi.

Di sisi lain, meskipun ayat ini secara spesifik tidak menjelaskan respons Yeremia atau Barukh, konteks pasal 36 menceritakan bagaimana mereka terus bersaksi meskipun menghadapi penganiayaan. Yeremia dan Barukh tidak pernah mundur dari tugas kenabian mereka, bahkan ketika pesan mereka dibakar oleh raja. Ketekunan ini lahir dari keyakinan mendalam akan kebenaran firman Tuhan dan kuasa-Nya yang melampaui segala penolakan manusia. Mereka tahu bahwa pesan yang mereka sampaikan adalah firman Tuhan, dan firman itu akan tetap berkuasa, terlepas dari reaksi pendengarnya.

Pesan dalam Yeremia 36:24 ini memiliki relevansi yang tak lekang oleh waktu. Dalam kehidupan modern, kita juga seringkali dihadapkan pada kebenaran yang mungkin tidak nyaman atau bertentangan dengan keinginan kita. Ada godaan untuk mengabaikan, menolak, atau bahkan 'membakar' pesan-pesan yang mengingatkan kita akan tanggung jawab spiritual kita, nilai-nilai moral, atau panggilan untuk hidup sesuai kehendak Tuhan. Seperti Yoyakim, kita bisa saja memilih untuk tidak merasa takut, bukan karena iman, tetapi karena ketidakpedulian atau kekerasan hati.

Namun, kisah ini juga menjadi pengingat bagi para pengikut Tuhan. Kita dipanggil untuk memiliki iman yang teguh, seperti Yeremia dan Barukh, yang tidak goyah meskipun menghadapi penolakan atau bahkan permusuhan. Pesan Tuhan, meskipun dibakar, tidak akan pernah hilang. Ia memiliki kuasa untuk mengubah hati dan kehidupan. Tanggung jawab kita adalah untuk tetap menyampaikan, menabur, dan percaya bahwa Tuhan yang akan memberikan pertumbuhan. Penolakan manusia tidak dapat membatalkan kebenaran firman-Nya. Kisah ini mengajak kita untuk merenungkan sikap hati kita: apakah kita menjadi seperti Yoyakim yang menolak, atau menjadi seperti Yeremia yang setia dalam menyampaikan kebenaran, meskipun menghadapi tantangan.

Simbol pengingat pesan ilahi yang tak terpadamkan