Firman Tuhan dalam Kitab Keluaran pasal 27, ayat 2, memberikan instruksi yang spesifik dan mendalam mengenai penyediaan minyak untuk pelita di Kemah Suci. Perintah ini bukan sekadar teknis, melainkan sarat makna spiritual yang mengajarkan kita tentang pentingnya kemurnian dalam segala aspek kehidupan, terutama dalam hubungan kita dengan Tuhan dan dalam ibadah. Perintah ini ditujukan kepada bangsa Israel, namun relevansinya meluas hingga kepada kita di masa kini, mengingatkan kita akan standar kekudusan yang diinginkan Tuhan.
Kata kunci dalam ayat ini adalah "minyak zaitun yang murni, yang bersih, yang ditumbuk". Deskripsi ini menekankan beberapa hal. Pertama, kemurnian. Minyak yang digunakan haruslah yang paling murni, bukan campuran atau hasil sampingan yang kurang berkualitas. Hal ini melambangkan hati yang tulus, tanpa kepalsuan, dan tanpa kecemaran dosa. Dalam ibadah, Tuhan tidak menginginkan persembahan yang setengah-setengah atau dilakukan dengan sikap yang asal-asalan. Dia memanggil kita untuk memberikan yang terbaik dari diri kita.
Kedua, "yang ditumbuk". Zaitun perlu diolah melalui proses penumbukan untuk menghasilkan minyak terbaik. Proses ini mungkin memerlukan usaha, ketekunan, dan kesabaran. Demikian pula, hidup yang murni dan berkenan di hadapan Tuhan seringkali membutuhkan proses pembentukan diri, penyesalan atas dosa, dan penyerahan total kepada kehendak-Nya. Tuhan mengizinkan kesulitan dan cobaan dalam hidup kita sebagai sarana untuk memurnikan karakter kita, seperti halnya minyak yang murni dihasilkan dari buah zaitun yang diproses dengan benar.
Fungsi utama minyak ini adalah untuk "supaya lampu itu tetap menyala". Pelita yang menyala adalah simbol kehadiran Tuhan, terang-Nya yang menerangi kegelapan, dan tuntunan-Nya bagi umat-Nya. Agar terang itu terus terpancar, pasokan minyak murni haruslah berkelanjutan. Ini mengajarkan kita bahwa hubungan yang hidup dengan Tuhan membutuhkan pemeliharaan yang terus-menerus. Kita tidak bisa mengandalkan "percikan api" awal saja, tetapi harus secara konsisten menyediakan "minyak" hati yang murni melalui doa, pembacaan firman, persekutuan, dan ketaatan.
Keluaran 27:2 bukan hanya tentang ritual masa lalu, tetapi sebuah prinsip abadi. Tuhan memanggil kita untuk hidup kudus, memberikan hati yang murni dalam segala persembahan dan pelayanan kita. Seperti halnya pelita yang menyala terus-menerus menerangi kegelapan, biarlah hidup kita yang telah dimurnikan oleh darah Kristus memancarkan terang-Nya di dunia yang membutuhkan harapan. Penyediaan minyak yang murni adalah sebuah analogi yang kuat tentang bagaimana kita harus mempersiapkan diri kita secara rohani, agar terang kebenaran dan kasih Tuhan senantiasa bersinar melalui kehidupan kita.