"Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun yang murni, yang terpilah, untuk lampu, supaya lampu dapat menyala terus-menerus."
Ayat Keluaran 27 20 berbicara tentang perintah Tuhan kepada Musa mengenai penyalaan lampu di Kemah Suci. Perintah ini bukan sekadar urusan teknis, melainkan memiliki makna spiritual yang mendalam. Minyak zaitun murni yang terpilah menjadi simbol kesucian dan persiapan yang teliti. Lampu yang terus menyala melambangkan kehadiran Tuhan yang tidak pernah padam, penerangan rohani bagi umat-Nya, dan simbol harapan yang selalu ada. Dalam konteks peribadatan kuno, lampu ini menerangi ruang suci, menjadi pengingat konstan akan kekudusan Tuhan dan hubungan-Nya dengan umat-Nya.
Keluaran, sebuah kitab yang penuh dengan narasi tentang pembebasan, hukum, dan pembentukan bangsa Israel, memberikan penekanan kuat pada detail-detail ibadah. Perintah mengenai lampu ini adalah bagian dari gambaran yang lebih besar tentang bagaimana Tuhan ingin dihormati dan bagaimana umat-Nya harus mendekat kepada-Nya. Konsep 'keluaran 27 20' ini mengingatkan kita bahwa setiap detail dalam pelayanan dan penyembahan bisa memiliki arti yang signifikan. Kerapian, kebersihan, dan pemilihan bahan yang terbaik bukan hanya soal estetika, tetapi cerminan dari sikap hati yang tulus dan hormat kepada Yang Maha Kuasa.
Minyak zaitun murni, yang harus dibawa oleh orang Israel, juga bisa diinterpretasikan sebagai persembahan yang terbaik dari hasil bumi mereka. Ini menunjukkan bahwa dalam memberi kepada Tuhan, kita harus mempersembahkan yang terbaik dari apa yang kita miliki, baik secara material maupun spiritual. Lampu yang terus menyala bukan hanya memberikan cahaya fisik, tetapi juga menjadi metafora bagi kebenaran ilahi yang terus bersinar dalam kegelapan dunia. Ini adalah gambaran tentang bagaimana iman yang terus dijaga dan dipelihara dapat menerangi jalan kita, memberikan arah, dan menghalau keraguan serta ketakutan.
Di era modern ini, meskipun konteks Kemah Suci mungkin terasa jauh, prinsip di balik perintah 'keluaran 27 20' tetap relevan. Kita diingatkan untuk menjaga "lampu" iman kita tetap menyala. Ini berarti menjaga hubungan kita dengan Tuhan melalui doa, firman, dan ketaatan. Ini juga berarti menjadi "terang" bagi dunia di sekitar kita, memancarkan kasih, kebaikan, dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Penerangan yang terus-menerus adalah simbol dari konsistensi, ketekunan, dan kesetiaan. Dalam menghadapi tantangan hidup, kita membutuhkan cahaya ilahi ini untuk menuntun langkah kita.
Pentingnya 'keluaran 27 20' juga terletak pada pesan tentang ketersediaan ilahi. Tuhan senantiasa tersedia, dan kehadiran-Nya yang konstan adalah sumber kekuatan dan pengharapan. Sama seperti lampu yang terus menyala, kehadiran Tuhan tidak pernah padam. Kita dipanggil untuk selalu siap dan menyambut cahaya-Nya, membiarkannya menerangi setiap sudut kehidupan kita. Persiapan minyak zaitun yang terpilah menegaskan bahwa kita perlu membersihkan hati dan pikiran kita agar dapat sepenuhnya menerima dan memancarkan terang ilahi tersebut. Ini adalah ajakan untuk sebuah komitmen yang teguh, memastikan bahwa sumber penerangan rohani kita tidak pernah padam, tetapi terus bersinar terang.