Keluaran 27:3 - Rancangan Altar Tembaga

"Juga engkau harus membuat gantangnya empat siku panjangnya, lebarnya empat siku, keempat sudutnya berpenutup.

Gambar sketsa altar tembaga dengan detail sisi dan penutup

Kitab Keluaran, sebuah narasi puitis yang kaya akan simbolisme dan instruksi ilahi, membawa kita pada perjalanan menelusuri pembangunan Kemah Suci. Di dalam instruksi-instruksi yang diberikan oleh Tuhan kepada Musa, terdapat perincian mendalam mengenai setiap elemen yang harus dipersembahkan kepada-Nya. Salah satu elemen krusial dalam ibadah di Perjanjian Lama adalah altar, tempat di mana umat Israel mempersembahkan korban sebagai bentuk penebusan dan penyembahan. Ayat Keluaran 27:3 memberikan gambaran spesifik mengenai rancangan altar tembaga, yang menjadi pusat perhatian dalam ibadah sehari-hari.

Ayat ini menyatakan, "Juga engkau harus membuat gantangnya empat siku panjangnya, lebarnya empat siku, keempat sudutnya berpenutup." Frasa "gantangnya" di sini merujuk pada bagian atas altar yang berbentuk persegi. Ukuran empat siku kali empat siku menunjukkan sebuah fondasi yang kokoh dan proporsional untuk sebuah altar. Penting untuk dicatat bahwa "siku" adalah satuan ukur kuno yang nilainya bervariasi, namun dalam konteks ini, ukuran tersebut memberikan kesan kekuatan dan kestabilan. Altar ini dibuat dari kayu penaga (atau akasia, tergantung terjemahan) dan dilapisi dengan tembaga. Tembaga sendiri memiliki nilai simbolis yang kuat dalam Alkitab, sering dikaitkan dengan pengorbanan, pemurnian, dan penghakiman ilahi. Pelapisan tembaga ini bukan hanya untuk keindahan, tetapi juga untuk daya tahan terhadap api yang terus-menerus menyala di atasnya untuk membakar korban.

Fitur penting lainnya yang disebutkan adalah "keempat sudutnya berpenutup." Penutup pada sudut-sudut ini kemungkinan besar berfungsi sebagai tempat penopang atau pengait untuk tanduk-tanduk altar. Tanduk-tanduk ini memiliki fungsi teologis yang signifikan. Dalam tradisi Israel, tanduk altar menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang mencari pengampunan. Seseorang yang bersalah dapat memegang tanduk altar untuk menyatakan penyesalan dan memohon perlindungan ilahi. Dengan demikian, penutup sudut ini menjadi bagian integral dari arsitektur yang mengandung makna keselamatan dan pengampunan. Rancangan ini, dengan ukurannya yang jelas dan detail penutup sudutnya, menekankan keseriusan dan ketepatan dalam setiap aspek penyembahan kepada Tuhan.

Pembangunan altar ini, sebagaimana diinstruksikan dalam Keluaran 27, merupakan persiapan esensial bagi umat Israel untuk dapat mendekat kepada Tuhan. Altar tembaga adalah simbol pengorbanan yang harus dipersembahkan secara terus-menerus. Darah binatang yang dicurahkan di atas altar merupakan gambaran awal dari pengorbanan sempurna yang kelak akan dilakukan oleh Yesus Kristus. Ukuran dan struktur altar yang presisi menunjukkan bahwa ibadah kepada Tuhan tidak bisa dilakukan sembarangan, melainkan harus sesuai dengan firman dan ketetapan-Nya. Setiap bagian dari Kemah Suci, termasuk altar tembaga, dirancang untuk mengajarkan kebenaran ilahi tentang dosa, penebusan, dan kekudusan Tuhan.

Rancangan altar tembaga dari Keluaran 27:3 ini bukan sekadar detail arsitektur kuno. Ia menawarkan wawasan mendalam tentang sifat ibadah yang dikehendaki Tuhan dan menunjuk pada karya penebusan yang lebih besar. Altar ini berdiri sebagai monumen permanen dari pengingat akan perlunya pengorbanan untuk mendekat kepada Tuhan, sebuah kebenaran yang terus bergema hingga kini dalam pemahaman kita tentang karya Kristus di kayu salib. Keempat sudutnya yang berpenutup mengingatkan kita akan jangkauan kasih karunia dan pengampunan Tuhan yang tersedia bagi semua yang datang kepada-Nya dengan hati yang tulus.