Ayat ini dari Kitab Keluaran, pasal 27, ayat 4, memberikan instruksi detail mengenai pembangunan mezbah tembaga yang akan menjadi pusat ibadah di Kemah Suci. Perintah ini bukan sekadar mengenai bentuk fisik, tetapi menyiratkan makna spiritual yang mendalam mengenai kekudusan, pengorbanan, dan kehadiran ilahi di antara umat-Nya.
Perintah untuk membuat "empat bubungan dari tembaga" dan bubungan tembaga pada "keempat sudutnya" menekankan ketahanan dan nilai material yang dipilih. Tembaga, sebagai logam yang tahan karat dan sering dikaitkan dengan kemurnian serta pengorbanan dalam tradisi keagamaan, dipilih bukan tanpa alasan. Struktur yang kuat dan kokoh ini melambangkan fondasi yang teguh dari perjanjian ilahi dan komitmen yang tidak tergoyahkan dari Tuhan terhadap umat-Nya.
Desain mezbah ini sangat spesifik. Bubungan, atau tonjolan di sudut-sudut mezbah, kemungkinan memiliki fungsi praktis maupun simbolis. Secara praktis, mereka dapat digunakan untuk mengikat hewan kurban agar tidak bergerak saat dipersembahkan. Secara simbolis, setiap sudut dapat melambangkan cakupan kekuasaan dan kehadiran Tuhan yang meliputi seluruh penjuru. Empat arah mata angin, empat penjuru bumi, semuanya berada di bawah kendali-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa pengorbanan yang dipersembahkan di mezbah ini adalah untuk semua, dan berkat serta pengampunan yang ditawarkan adalah universal bagi mereka yang mendekat dengan hati yang tulus.
Pembangunan Kemah Suci dan segala perlengkapannya, termasuk mezbah tembaga ini, merupakan bagian penting dari sejarah keagamaan dan teologis. Instruksi yang begitu rinci dari Tuhan sendiri menunjukkan betapa seriusnya Ia memandang ibadah yang dilakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Mezbah tembaga adalah tempat di mana umat Israel membawa korban bakaran mereka, sebuah simbol penebusan dosa dan ungkapan syukur. Kehadiran tembaga di seluruh struktur, dari alas hingga bubungannya, mengingatkan terus-menerus bahwa pengorbanan yang dilakukan harus murni dan tanpa cela, sebagaimana tembaga yang mengkilap dan kokoh.
Lebih jauh lagi, konsep mezbah ini dapat dilihat sebagai bayangan awal dari pengorbanan sempurna yang akan datang. Dalam narasi Kristen, Yesus Kristus dipandang sebagai Anak Domba Allah yang mengorbankan diri-Nya sekali untuk selamanya, menebus dosa umat manusia. Mezbah tembaga, dengan segala instruksi detailnya, menjadi penanda penting dalam perjalanan spiritual umat manusia, sebuah pengingat akan kebutuhan akan penebusan dan cara yang Tuhan sediakan bagi umat-Nya untuk dapat kembali kepada-Nya dalam keadaan kudus.
Setiap detail dalam pembangunan mezbah ini, termasuk empat bubungan tembaga pada keempat sudutnya, adalah pelajaran tentang pentingnya ketelitian, kekudusan, dan kesetiaan dalam beribadah. Ini adalah undangan untuk mendekat kepada Tuhan dengan hati yang bersih dan tulus, memahami bahwa kehadiran-Nya di antara kita adalah hadiah yang berharga, yang dibangun di atas fondasi kasih dan pengorbanan ilahi yang abadi.