"Ephod itu haruslah dibuat dari emas murni, dari kain ungu tua, ungu muda dan dari kain kirmizi, serta dari lenan halus yang dipintal; semuanya harus dibuat dengan pekerjaan tangan yang mahir."
Ayat Keluaran 28:7 memberikan gambaran yang sangat kaya dan detail mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan efod, salah satu bagian dari pakaian kebesaran imam-imam di Israel kuno. Penekanan pada emas murni, kain ungu tua, ungu muda, kain kirmizi, dan lenan halus yang dipintal, semuanya menggambarkan kekayaan, kemuliaan, dan kesucian yang luar biasa. Penggunaan warna-warna yang cerah dan mewah seperti ungu dan kirmizi, yang pada zaman kuno sangat mahal dan sulit didapat, menunjukkan bahwa pakaian ini bukan sekadar sandang biasa, melainkan sebuah simbol dari hadirat Allah yang mulia dan kekudusan-Nya yang tak terbandingkan.
Detail "pekerjaan tangan yang mahir" juga sangat penting. Ini bukan tentang kuantitas bahan semata, tetapi juga tentang keahlian dan dedikasi yang dicurahkan untuk menciptakan sesuatu yang sempurna. Dalam konteks keagamaan, hal ini menyiratkan bahwa persembahan dan pelayanan kepada Tuhan haruslah dilakukan dengan segala kemampuan terbaik yang dimiliki, dengan ketelitian dan keindahan yang mencerminkan kemuliaan-Nya. Setiap benang, setiap jahitan, memiliki makna dan tujuan.
Meskipun ayat ini berbicara tentang pakaian ritual pada masa lalu, maknanya meluas hingga kini. Keindahan dan kemuliaan yang digambarkan dalam efod dapat menjadi pengingat bagi kita bahwa Tuhan adalah Pribadi yang Agung dan Mahakudus. Dalam setiap aspek kehidupan kita, termasuk dalam pekerjaan, hubungan, dan pelayanan, kita dipanggil untuk memberikan yang terbaik, menghadirkan keindahan dan ketelitian yang mencerminkan karakter-Nya.
Penggunaan bahan-bahan yang berharga dan warna-warna cerah juga dapat diinterpretasikan sebagai representasi dari nilai yang Tuhan berikan pada ciptaan-Nya dan pada umat-Nya. Ia tidak menginginkan kesederhanaan yang kumal, melainkan keindahan yang mencerminkan keagungan-Nya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa berarti menghargai keindahan dalam seni, musik, alam, dan dalam perlakuan kita terhadap sesama. Semuanya adalah cerminan dari kemuliaan Sang Pencipta.
Keluaran 28:7 mengajarkan kita untuk mendekati Tuhan dengan hormat dan kekaguman, serta untuk mempersembahkan yang terbaik dari diri kita, baik dalam materi maupun dalam keahlian, sebagai bentuk pengabdian. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan integritas, ketelitian, dan keindahan yang memuliakan nama-Nya, seolah-olah kita sedang merancang sesuatu yang akan dikenakan di hadirat-Nya.