"Kemudian engkau harus mengambil bagian dada itu dan mempersembahkannya sebagai persembahan unjukan di hadapan TUHAN; itulah bagianmu dari korban pengorbananmu."
Ayat ini dari Kitab Keluaran, pasal 29, ayat 25, membawa kita pada gambaran detail upacara keimaman yang dilaksanakan di bawah perintah Allah kepada Musa. Fokus pada persembahan unjukan, khususnya bagian dada hewan kurban, memiliki makna simbolis yang mendalam. Perintah ini bukan sekadar ritual teknis, melainkan sebuah ekspresi ketaatan, kepercayaan, dan pengakuan atas kedaulatan ilahi. Bagi umat Israel pada masa itu, persembahan yang dipersembahkan dengan benar merupakan cara untuk mendekat kepada Allah, mencari pengampunan, dan memelihara hubungan perjanjian. Bagian dada, yang seringkali merupakan bagian yang paling berlemak dan berharga, dipersembahkan sebagai "persembahan unjukan" di hadapan TUHAN. Ini adalah tindakan mempersembahkan yang terbaik, sebuah penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah. Di tengah kondisi mereka yang seringkali keras di padang gurun, perintah-perintah mengenai korban dan persembahan ini menjadi sumber stabilitas dan kepastian rohani. Mereka belajar untuk menaruh iman mereka bukan pada kekuatan sendiri, melainkan pada janji dan pemeliharaan Allah yang dinyatakan melalui ritus-ritus ini. Keluaran 29:25 juga menekankan bahwa bagian dada tersebut menjadi bagian dari imamat, yaitu bagian yang diambil oleh para imam sebagai hak mereka dari korban yang dipersembahkan. Ini menggarisbawahi peran penting para imam sebagai perantara antara Allah dan umat-Nya. Tugas mereka adalah membawa persembahan umat ke hadapan Allah dan menerima kembali sebagian dari berkat tersebut sebagai pengingat akan tanggung jawab mereka untuk melayani dan menggembalakan umat. Hal ini mengajarkan prinsip timbal balik dalam hubungan spiritual: penyerahan diri kepada Allah mendatangkan berkat dan tanggung jawab pelayanan. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini menggemakan tema pengorbanan dan pemberian yang berulang kali muncul dalam narasi Alkitab. Meskipun aturan spesifik mungkin tampak kuno, esensi dari Keluaran 29:25 tetap relevan. Ini adalah panggilan untuk mempersembahkan yang terbaik dari diri kita, waktu kita, talenta kita, dan sumber daya kita kepada Tuhan. Ini adalah ajakan untuk hidup dalam ketaatan, mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari-Nya, dan bahwa penyerahan diri kepada-Nya membawa berkat yang melimpah, baik secara pribadi maupun komunal. Pengorbanan yang tulus, meskipun kadang terasa berat, selalu menjadi jalan menuju kedekatan ilahi dan kehidupan yang bermakna.