Kitab Keluaran dalam Perjanjian Lama memuat instruksi-instruksi mendetail dari Tuhan kepada Musa mengenai pembangunan Kemah Suci dan penetapan para imam. Di dalamnya, terdapat pasal 29 yang secara khusus membahas mengenai ibadah pendamaian dan pengudusan mezbah. Ayat 37 dari pasal ini memberikan sebuah mandat penting yang menekankan kesucian dan dampak dari mezbah tersebut. Mari kita telaah lebih dalam makna dan relevansi ayat ini.
Ayat 37 dari Keluaran 29 berbunyi, "Tujuh hari lamanya engkau harus mengadakan pendamaian bagi mezbah itu dan menyucikannya, dan mezbah itu akan menjadi maha kudus; setiap orang yang menjamah mezbah itu akan menjadi kudus." Ayat ini bukanlah sekadar pengulangan instruksi, melainkan sebuah penegasan tentang betapa sentralnya mezbah dalam sistem ibadah Israel kuno. Mezbah adalah titik fokus dari segala persembahan dan korban yang dipersembahkan kepada Tuhan. Oleh karena itu, kesuciannya mutlak diperlukan agar hubungan antara manusia dan Tuhan dapat terjaga.
Proses pendamaian dan penyucian selama tujuh hari menunjukkan bahwa kekudusan mezbah bukanlah sesuatu yang instan, melainkan memerlukan waktu, ketekunan, dan ritual yang spesifik. Ini menggambarkan bahwa mendekat kepada Tuhan membutuhkan kesungguhan dan pembersihan diri. Tujuh hari juga sering kali menjadi simbol kesempurnaan dalam Alkitab, menyiratkan bahwa proses ini harus dilakukan hingga tuntas dan benar-benar sempurna. Tuhan menginginkan agar mezbah itu 'maha kudus', yang berarti memiliki tingkat kesucian tertinggi, terpisah dari segala sesuatu yang duniawi atau najis.
Implikasi dari ayat ini sangatlah signifikan: "setiap orang yang menjamah mezbah itu akan menjadi kudus." Ini menunjukkan bahwa kekudusan mezbah dapat menular. Orang-orang yang datang beribadah dan menyentuh mezbah tersebut, baik sebagai imam yang bertugas maupun umat yang datang membawa persembahan, akan mendapatkan bagian dari kekudusan itu. Ini adalah janji yang luar biasa, bahwa melalui mezbah yang telah disucikan, umat dapat mengalami transformasi, diubahkan menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Tuhan.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana Tuhan mengatur kedekatan-Nya dengan umat-Nya. Keinginan Tuhan adalah agar umat-Nya kudus, sebagaimana Dia kudus. Sistem persembahan dan mezbah yang didirikan berdasarkan instruksi-Nya ini adalah sarana bagi umat Israel untuk mendekati Tuhan tanpa rasa takut akan penghakiman, asalkan mereka mengikuti segala ketetapan-Nya.
Relevansi Keluaran 29:37 meluas hingga ke pemahaman teologis kita saat ini. Meskipun hukum Taurat dan sistem persembahan korban binatang telah digenapi dalam diri Yesus Kristus, prinsip kekudusan dan pendamaian tetaplah fundamental. Yesus Kristus adalah 'mezbah' sejati kita, melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Ia mendamaikan kita dengan Bapa. Siapa pun yang percaya kepada-Nya, yang 'menjamah' Dia melalui iman, akan menerima pengampunan dosa dan dikuduskan. Seperti mezbah di Bait Suci, pengorbanan Kristus adalah sumber kekudusan yang tak terhingga, yang mentransformasi setiap orang yang datang kepada-Nya.
Memahami Keluaran 29:37 mengingatkan kita akan pentingnya kesungguhan dalam mendekati Tuhan, pemahaman akan kekudusan-Nya, dan anugerah pendamaian yang telah disediakan. Ini adalah sebuah undangan abadi untuk mengalami kekudusan yang datang dari Tuhan sendiri.