"Dan TUHAN berfirman kepada Musa: 'Ambil minyak urapan dan urapi Kemah Suci dan segala isinya, dan kuduskanlah itu.'" (Keluaran 30:30)
Simbolisme keagungan dan keteraturan dalam perintah ilahi.
Kitab Keluaran, khususnya pasal 29 dan 30, menyajikan serangkaian instruksi rinci yang diberikan oleh Tuhan kepada Musa mengenai ibadah dan pelayanan imam. Bagian ini sangat penting karena menyoroti bagaimana Tuhan ingin umat-Nya mendekat kepada-Nya, dengan menekankan kekudusan, pemisahan, dan upacara yang telah ditetapkan. Pasal 29 berfokus pada pentahbisan Harun dan putra-putranya sebagai imam. Ini mencakup berbagai korban persembahan, termasuk lembu jantan, domba jantan, dan roti yang tidak beragi, yang semuanya memiliki makna simbolis yang mendalam. Proses pentahbisan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah tindakan yang menguduskan para imam untuk tugas suci mereka, memastikan bahwa mereka bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Selanjutnya, Keluaran 30 membahas tentang mezbah pembakaran ukupan dan wadah pembasuhan perak. Tuhan memerintahkan agar ukupan yang harum dibakar pagi dan petang, sebuah ritual yang menjadi pengingat terus-menerus akan kehadiran Tuhan dan doa-doa umat-Nya yang naik kepada-Nya. Wadah pembasuhan diperuntukkan bagi para imam untuk membersihkan diri sebelum masuk ke Kemah Suci atau mendekati mezbah, menekankan pentingnya kebersihan rohani dan jasmani dalam ibadah. Instruksi mengenai pembuatan minyak urapan kudus dan ukupan kudus juga sangat penting. Minyak urapan digunakan untuk mengurapi Kemah Suci, perabotannya, serta Harun dan putra-putranya. Ini melambangkan pengudusan dan penentuan mereka untuk tugas khusus dari Tuhan. Penggunaan minyak dan ukupan ini tidak boleh ditiru oleh orang lain, menegaskan kekudusan dan otoritas dari apa yang ditetapkan oleh Tuhan.
Bagian selanjutnya dari Kitab Keluaran, mulai dari pasal 31 hingga 39, mengalihkan fokus dari hukum dan ritual ke pembangunan Kemah Suci itu sendiri. Pasal 31 memperkenalkan Bezaleel dan Aholiab, individu yang dipilih Tuhan dan dipenuhi dengan Roh Kudus untuk memimpin pekerjaan pembangunan. Mereka dianugerahi keterampilan artistik dan keahlian yang luar biasa untuk merancang dan membuat segala sesuatu yang telah diperintahkan Tuhan, mulai dari emas, perak, dan tembaga, hingga kain berwarna-warni dan permata. Ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan kemampuan khusus kepada umat-Nya untuk pekerjaan-Nya, dan bahwa ketekunan serta dedikasi dalam melaksanakan tugas tersebut sangat dihargai.
Pasal 32 hingga 34 menceritakan sebuah peristiwa yang sangat penting dan tragis: skandal anak lembu emas. Saat Musa berada di gunung Sinai menerima Sepuluh Perintah, bangsa Israel menjadi gelisah dan meminta Harun untuk membuat dewa bagi mereka. Tindakan ini menimbulkan murka Tuhan yang besar dan pengingat tentang kesetiaan yang harus mereka tunjukkan kepada Tuhan saja. Meskipun ada hukuman, belas kasihan Tuhan dan perjanjian-Nya dengan Abraham tetap berlaku, dan Musa menjadi perantara bagi umat-Nya.
Mulai dari pasal 35 hingga 39, penekanannya kembali pada pembangunan Kemah Suci. Orang-orang Israel dengan sukarela memberikan persembahan terbaik mereka, menunjukkan kemauan mereka untuk berpartisipasi dalam proyek ilahi ini. Semua aspek pembangunan, mulai dari bahan, ukuran, hingga dekorasi, diawasi dengan cermat oleh Musa sesuai dengan instruksi Tuhan. Setiap detail, mulai dari Tabut Perjanjian, Meja Roti Sajian, Kaki Dian, Mezbah Ukupan, hingga Mezbah Korban Bakaran dan bejana-bejana lainnya, dibuat dengan teliti. Akhirnya, pasal 39 mengakhiri dengan kisah tentang penyelesaian pekerjaan. Musa memeriksa semua yang telah dibuat, memastikan bahwa semuanya sesuai dengan perintah Tuhan. Ketika Musa melihat bahwa semuanya telah dibuat dengan setia, ia memberkati mereka. Pembangunan Kemah Suci ini menjadi simbol kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya, sebuah tempat di mana mereka dapat mendekat kepada-Nya melalui sistem ibadah yang telah ditetapkan. Mempelajari keluaran 29 39 memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana Tuhan menginginkan hubungan yang kudus dan teratur dengan umat-Nya, serta bagaimana Dia memberikan kemampuan dan menginspirasi mereka untuk membangun tempat kehadiran-Nya.