Ayat dari Kitab Keluaran pasal 30 ayat ke-18 ini memberikan sebuah instruksi penting terkait dengan perlengkapan di dalam Kemah Pertemuan. Perintah ini bukan sekadar soal arsitektur tempat ibadah, melainkan sebuah gambaran simbolis mendalam mengenai pentingnya kebersihan dan penyucian dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Mezbah pembasuhan dari tembaga ini menjadi pengingat konstan bahwa untuk dapat mendekat kepada Sang Ilahi, seseorang harus terlebih dahulu membersihkan diri. Tembaga, sebagai bahan yang kuat dan tahan lama, melambangkan kekuatan dan ketahanan dari proses penyucian itu sendiri.
Ilustrasi simbolis mezbah pembasuhan dari tembaga.
Makna Pentahiran dalam Kehidupan Rohani
Posisi mezbah pembasuhan yang ditempatkan di antara pintu masuk Kemah Pertemuan dan mezbah kurban bakaran memiliki makna strategis. Sebelum para imam dapat mempersembahkan kurban kepada Tuhan, mereka diperintahkan untuk membasuh tangan dan kaki mereka. Ini mengajarkan bahwa setiap pendekatan kepada Tuhan harus diawali dengan hati yang bersih dan niat yang tulus. Dosa dan kenajisan harus disingkirkan agar persembahan yang diberikan berkenan di hadapan-Nya. Air, dalam konteks ini, melambangkan pembersihan rohani, penghapusan kesalahan, dan pemulihan hubungan yang rusak.
Dalam konteks keluaran 30 18, instruksi ini juga menunjukkan bahwa proses penyucian bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan bagi mereka yang ingin melayani Tuhan. Tembaga yang digunakan untuk membuat bejana pembasuhan dan alasnya mengisyaratkan ketahanan dan ketekunan yang dibutuhkan dalam menjaga kemurnian hati. Proses ini tidak hanya terjadi sekali, tetapi menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari para pelayan Tuhan. Tangan yang digunakan untuk memegang peralatan kudus dan kaki yang melangkah di tempat kudus haruslah bersih.
Aplikasi di Masa Kini
Meskipun kita tidak lagi memiliki Kemah Pertemuan dan mezbah pembasuhan secara fisik, prinsip yang terkandung dalam Keluaran 30 18 tetap relevan hingga kini. Kita dipanggil untuk terus menerus membersihkan diri dari segala sesuatu yang dapat memisahkan kita dari Tuhan. Ini mencakup membersihkan pikiran dari pikiran yang tidak murni, hati dari kebencian atau iri hati, serta perkataan dan perbuatan dari kebohongan atau kekotoran moral. Air dalam Perjanjian Baru seringkali diasosiasikan dengan baptisan, sebagai tanda permulaan kehidupan baru yang telah dibersihkan dari dosa.
Keluaran 30 18 mengajarkan kita bahwa kekudusan adalah prasyarat untuk kedekatan dengan Tuhan. Tanpa penyucian yang berkelanjutan, ibadah kita bisa menjadi hampa dan tidak bermakna. Adalah penting bagi setiap orang yang mengklaim diri sebagai pengikut Tuhan untuk secara sadar dan aktif mencari pembersihan diri, baik melalui doa, firman Tuhan, maupun pengakuan dosa. Hal ini memungkinkan kita untuk mendekat kepada-Nya dengan keberanian dan keyakinan, mengetahui bahwa kita telah dibersihkan oleh anugerah-Nya, yang jauh lebih berkuasa daripada air tembaga di Kemah Pertemuan. Penerapan instruksi ini, walau dalam bentuk spiritual, adalah kunci untuk mengalami hadirat Tuhan yang lebih dalam dan membangun hubungan yang kokoh dengan-Nya.