Keluaran 32 & 28: Kesaksian dan Perjanjian Suci

"Maka TUHAN berfirman kepada Musa: 'Pergilah, turunlah, sebab bangsamu, yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir, telah berbuat sesuatu yang mencemarkan diri... Ketahuilah, selagi engkau turun, tahulah Aku apa yang telah dilakukan mereka terhadap Musa... Lihatlah, Aku telah menetapkan Harun dan Hur bersama-samanya, dan setiap orang yang berpengertian akan Kuberinya keahlian, supaya mereka membuat segala yang Kuperintahkan kepadamu.'" (Keluaran 31:12, 32:7, 35:10, 35:35 - *Penyesuaian kutipan untuk narasi artikel*)

Simbol Keluaran 32 dan 28: Lingkaran Emas dengan Garis Salib

Kitab Keluaran, khususnya pasal 32 dan 28, menyajikan dua momen krusial dalam narasi perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Keduanya menawarkan pelajaran mendalam tentang kesetiaan, pemberontakan, dan pentingnya perjanjian ilahi. Pasal 32 menggambarkan salah satu titik terendah dalam sejarah iman Israel, yaitu pembuatan patung anak lembu emas dan penyembahan berhala yang dilakukan oleh umat ketika Musa lama berada di Gunung Sinai. Sementara itu, Keluaran 28 menggarisbawahi aspek ritual dan keagamaan yang membedakan umat pilihan ini, yaitu instruksi rinci mengenai pakaian imam besar yang sarat dengan simbolisme kekudusan dan jabatan mediasi.

Kegagalan dan Kesaksian di Gunung Sinai

Keluaran 32 adalah kisah yang menggugah tentang kerapuhan iman manusia. Ketika Musa menunda kepulangannya dari pertemuan dengan Tuhan di puncak gunung, bangsa Israel menjadi gelisah. Alih-alih menunggu dengan sabar dan tetap berpegang pada janji Tuhan, mereka mendesak Harun untuk membuat patung dari emas. Patung anak lembu emas ini kemudian dijadikan objek penyembahan, disertai dengan pesta pora yang tidak pantas. Tindakan ini merupakan pelanggaran berat terhadap Perjanjian Sinai, khususnya perintah pertama dan kedua yang melarang penyembahan ilah lain. Kemarahan Tuhan pun meluap melihat pengkhianatan umat-Nya, namun belas kasihan-Nya juga tampak melalui doa syafaat Musa.

Peristiwa ini menjadi saksi bisu bagaimana godaan duniawi dan ketidakpercayaan dapat dengan mudah menggoyahkan fondasi iman yang baru saja dibangun. Namun, pasal ini juga menunjukkan kuasa doa dan intervensi ilahi. Musa bertindak sebagai mediator antara Tuhan dan umat-Nya, mengingatkan Tuhan akan perjanjian-Nya dan kesetiaan-Nya terhadap umat pilihan-Nya. Kesaksian dari pasal ini sangat jelas: kesetiaan kepada Tuhan harus dijaga dengan kewaspadaan dan ketaatan tanpa kompromi.

Pakaian Imam Besar: Simbol Perjanjian dan Kekudusan

Di sisi lain, Keluaran 28 memberikan gambaran tentang upaya Tuhan untuk membangun hubungan yang kudus dan teratur dengan umat-Nya. Pasal ini berisi instruksi terperinci mengenai pembuatan pakaian khusus bagi Harun dan keturunannya sebagai imam besar. Pakaian ini bukan sekadar busana, melainkan simbol kekudusan, otoritas, dan peran mediasi yang akan diemban oleh para imam. Setiap elemen, mulai dari efod, tutup dada yang berisi dua belas batu permata mewakili suku-suku Israel, hingga mahkota emas, semuanya memiliki makna teologis yang dalam.

Pakaian imam besar ini menjadi lambang nyata dari perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Melalui imam besar, umat Israel dapat mendekat kepada Tuhan dan menerima pengampunan dosa serta bimbingan ilahi. Keluaran 28 mengajarkan kita tentang pentingnya kekudusan dalam mendekati Tuhan dan bagaimana Tuhan sendiri yang menyediakan cara bagi umat-Nya untuk dapat berdiri di hadapan-Nya. Simbolisme dalam pakaian ini mengingatkan bahwa setiap aspek ibadah dan pelayanan harus dilakukan dengan hormat dan sesuai dengan perintah Tuhan.

Keluaran 32 & 28: Dua Sisi Satu Koin

Jika kita melihat Keluaran 32 dan 28 secara bersamaan, kita akan melihat dua sisi dari koin yang sama: teguran dan bimbingan. Pemberontakan dalam Keluaran 32 menunjukkan konsekuensi dari kegagalan menjaga keluaran iman, sementara Keluaran 28 memberikan kerangka kerja untuk memelihara iman tersebut melalui tatanan kekudusan dan perjanjian. Kedua pasal ini menjadi pengingat abadi bagi kita tentang pentingnya ketaatan, kesetiaan, dan penghargaan yang mendalam terhadap setiap detail yang telah ditetapkan oleh Tuhan dalam hubungan-Nya dengan umat manusia. Peristiwa 32 dan instruksi dalam pasal 28 ini tetap relevan sebagai pelajaran iman yang kuat.