Keluaran 34

"Sebab TUHAN, yang namanya Pencemburu, ialah Allah yang cemburu."

Simbol hati bersinar sebagai lambang kasih ilahi dan perjanjian yang kuat.

Kitab Keluaran, pasal 34, adalah salah satu bagian yang paling menggugah dari Perjanjian Lama, terutama ayat 15. Ayat ini menyentuh inti dari sifat Allah dan hubungan-Nya dengan umat-Nya. Dalam konteks sejarah bangsa Israel, terutama setelah mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala, ayat ini berfungsi sebagai peringatan tegas sekaligus penegasan atas kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya.

Ayat 15 dari Keluaran 34 berbunyi, "Sebab TUHAN, yang namanya Pencemburu, ialah Allah yang cemburu." Kata "cemburu" di sini tidak memiliki konotasi negatif seperti yang sering kita pahami dalam konteks manusiawi. Sebaliknya, kecemburuan Allah merujuk pada kasih-Nya yang eksklusif dan mendalam terhadap umat pilihan-Nya. Ia tidak mentolerir penyembahan berhala atau kesetiaan yang terbagi. Kecemburuan-Nya adalah cerminan dari cinta-Nya yang kudus dan tak tergoyahkan, yang menuntut ketaatan total dan hubungan yang murni.

Penting untuk memahami bahwa Allah adalah Allah yang satu. Dalam dunia yang penuh dengan dewa-dewi dan praktik penyembahan yang beragam, tuntutan Allah agar umat-Nya hanya menyembah Dia adalah sebuah pernyataan keunikan dan kedaulatan-Nya. Ketika Ia memperkenalkan diri sebagai Allah yang cemburu, Ia sedang menetapkan standar bagi perjanjian yang Ia buat. Perjanjian ini bersifat dua arah: Allah berjanji untuk melindungi dan memberkati, sementara umat-Nya berjanji untuk setia dan taat. Pelanggaran perjanjian, terutama dalam bentuk penyembahan berhala, dianggap sebagai pengkhianatan yang serius terhadap hubungan tersebut.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini memberikan gambaran yang mendalam tentang karakter Allah yang juga ditemukan dalam Perjanjian Baru. Meskipun gaya dan konteksnya berbeda, prinsip dasar dari kasih Allah yang menuntut kesetiaan tetap sama. Yesus Kristus sendiri mengajarkan tentang kasih yang terbesar, yaitu kasih yang rela berkorban dan menuntut penyerahan diri seutuhnya. Perjanjian Baru yang baru, yang ditegakkan melalui pengorbanan Kristus, juga menuntut kesetiaan total dari para pengikut-Nya.

Ayat Keluaran 34:15 mengajarkan kita pentingnya menjaga kesucian hubungan kita dengan Allah. Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh godaan, mudah bagi kita untuk mengalihkan kesetiaan kita, baik secara sadar maupun tidak sadar. Hal-hal yang kita prioritaskan, waktu yang kita luangkan, dan apa yang mengisi pikiran kita, semuanya dapat menjadi indikator dari apa atau siapa yang kita sembah. Apakah kita membiarkan hal-hal duniawi mengambil tempat Allah dalam hati kita? Apakah kita membiarkan kesibukan dunia membuat kita melupakan keesaan dan kekudusan-Nya?

Sebagai umat yang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kesetiaan yang teguh kepada Allah. "Sebab TUHAN, yang namanya Pencemburu, ialah Allah yang cemburu" adalah pengingat bahwa kasih Allah menuntut tanggapan yang sama. Ia ingin kita memberikan hati kita sepenuhnya, tanpa kompromi. Ini adalah undangan untuk membangun hubungan yang mendalam dan murni dengan-Nya, sebuah hubungan yang didasarkan pada pengenalan akan kasih-Nya yang tak terhingga dan panggilan-Nya yang kudus. Pemahaman tentang sifat Allah yang cemburu ini seharusnya mendorong kita untuk menjaga hati kita dari segala sesuatu yang dapat memisahkan kita dari-Nya, dan untuk terus menerus memperbarui komitmen kita kepada satu-satunya Allah yang layak disembah.