"Peliharalah hari raya Roti Tidak Beragi; tujuh hari lamanya engkau akan makan roti yang tidak beragi, seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu, pada waktu yang ditentukan dalam bulan Abib, sebab pada bulan itulah engkau keluar dari Mesir."
Ayat ini dari Kitab Keluaran, pasal 34, ayat 18, memuat sebuah perintah penting dari Allah kepada umat Israel mengenai perayaan tiga pesta tahunan yang wajib mereka laksanakan. Perintah ini ditekankan dalam konteks perjanjian baru setelah Allah memberikan hukum-hukum-Nya kembali kepada Musa. Frasa kunci dalam ayat ini adalah pemeliharaan "hari raya Roti Tidak Beragi" yang juga dikenal sebagai Hari Raya Paskah, yang berkaitan erat dengan peristiwa keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Perintah ini bukan sekadar ritual, melainkan pengingat tahunan akan campur tangan Allah yang ajaib dan pembebasan umat-Nya.
Meskipun ayat 18 secara spesifik menyebutkan Roti Tidak Beragi, konteks Keluaran 34 dan tradisi Yahudi mengelompokkan ini ke dalam tiga perayaan utama yang memiliki makna teologis mendalam. Tiga pesta ini adalah:
Perintah dalam Keluaran 34 18 secara implisit merujuk pada rangkaian perayaan Paskah dan Roti Tidak Beragi. Paskah sendiri adalah momen penyembelihan domba, dan ketujuh hari berikutnya adalah peringatan akan keluarnya yang cepat. Makna dari keluaran 34 18 ini adalah agar umat Israel senantiasa mengingat dan menghormati tindakan Allah dalam membebaskan mereka. Ini adalah perintah untuk merayakan pembebasan rohani dari dosa, sama seperti pembebasan fisik dari Mesir.
Sementara ayat ini fokus pada Roti Tidak Beragi, tradisi selanjutnya menggabungkan Paskah dan Roti Tidak Beragi sebagai satu kesatuan perayaan yang mendalam. Kemudian, ada juga Hari Raya Pondok Daun (Sukkot) yang merupakan pesta perayaan panen terakhir dan juga merayakan masa pengembaraan di padang gurun, serta Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur) yang merupakan hari penebusan dosa. Meskipun tidak semua disebutkan secara eksplisit dalam ayat ini, prinsip pemeliharaan pesta-pesta ini mencerminkan pola ibadah tahunan yang ditetapkan Allah untuk umat-Nya.
Bagi umat Kristen, perayaan Paskah dan Roti Tidak Beragi memiliki makna simbolis yang kuat. Roti tidak beragi dapat diinterpretasikan sebagai Kristus sendiri, "roti kehidupan" yang tidak bercacat cela. Mengonsumsi roti tidak beragi mengingatkan pada perlunya hidup tanpa "ragi" dosa dan kemunafikan dalam kehidupan sehari-hari. Perintah untuk merayakan keluaran 34 18 ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan tindakan penyelamatan Allah dalam hidup kita, baik di masa lalu maupun saat ini. Perayaan ini adalah momen untuk merenungkan anugerah dan kesetiaan-Nya yang tiada henti.
Pentingnya merayakan pesta-pesta ini juga menekankan komunitas dan identitas umat. Berkumpul bersama untuk mengenang karya Allah memperkuat ikatan persaudaraan dan iman. Perintah ini, yang berasal dari sejarah panjang umat Israel, terus menginspirasi dan menuntun umat percaya untuk hidup dalam kesucian dan syukur, selalu mengingat jalan pembebasan yang telah Allah sediakan.