"Dan semua orang membawa persembahan daripada emas, daripada cincin hidung, anting-anting, gelang, dan barang-barang emas; setiap orang yang telah mempersembahkan persembahan emas kepada TUHAN." (Keluaran 35:23)
Ayat Keluaran 35:23 menggambarkan sebuah momen penting dalam narasi pembangunan Kemah Suci. Setelah Tuhan memberikan instruksi detail mengenai cara membangun tempat kediaman-Nya di bumi, respons umat Israel sungguh luar biasa. Ayat ini secara spesifik menyebutkan berbagai jenis persembahan berharga yang dibawa, seperti emas, cincin hidung, anting-anting, dan gelang. Ini bukan sekadar tindakan ketaatan, tetapi cerminan dari hati yang sukarela dan penuh sukacita.
Fokus utama dari Keluaran 35:23 adalah semangat memberi yang sukarela. Tuhan tidak memaksa umat-Nya untuk berkontribusi. Sebaliknya, dalam pasal sebelumnya, Tuhan meminta Musa untuk menyampaikan kepada orang Israel: "Hendaklah kamu mengambil persembahan untuk TUHAN. Setiap orang yang tergerak hatinya, hendaklah ia membawanya sebagai persembahan kepada TUHAN: emas, perak, tembaga, kain ungu penenun ganda, kain ungu berona, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing, kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit ikan duyung, kayu penaga, minyak untuk pelita, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dupa, batu permata syoham dan batu permata untuk dipasang pada efod dan pada pe strategis." (Keluaran 35:5-9).
Respons terhadap panggilan ini, seperti yang terlihat di ayat 23, adalah bahwa "setiap orang yang telah mempersembahkan persembahan emas kepada TUHAN." Ini menunjukkan tingkat keterlibatan yang mendalam. Emas, sebagai logam mulia yang paling berharga, menjadi simbol pengorbanan dan dedikasi tertinggi. Umat yang kaya maupun yang mungkin memiliki sedikit, semuanya tergerak untuk menyumbangkan apa yang mereka miliki. Penggunaan perhiasan pribadi seperti cincin hidung, anting-anting, dan gelang menegaskan bahwa mereka memberikan sesuatu yang sangat mereka hargai dan gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Peristiwa ini mengajarkan kita tentang kebebasan dalam memberi. Ketika hati tergerak oleh kasih dan rasa syukur, persembahan menjadi bukan beban, melainkan sebuah ekspresi kegembiraan. Emas yang diberikan bukan hanya material, tetapi juga melambangkan waktu, tenaga, dan bahkan pengorbanan pribadi yang mereka rela lakukan demi terwujudnya tempat tinggal bagi hadirat Tuhan. Mereka menyadari bahwa pembangunan Kemah Suci adalah kesempatan mulia untuk terlibat langsung dalam rencana ilahi.
Dalam konteks modern, prinsip ini tetap relevan. Apakah itu dalam bentuk sumbangan finansial, waktu, atau talenta, tindakan memberi yang sukarela dan penuh sukacita membawa berkat bagi penerima dan juga bagi pemberi. Ayat ini mengingatkan kita bahwa ketika kita memberi dengan hati yang tulus, kita sedang mempersembahkan sesuatu yang berharga kepada Tuhan, dan dalam prosesnya, kita mengalami kebebasan dan kepenuhan yang hanya bisa datang dari hubungan yang erat dengan-Nya.