Keluaran 35:27

Dan para pemimpin membawa batu permata aneka warna dan batu curai untuk efod dan untuk pelimpah, dan dupa dan minyak untuk pelita, dan untuk cahaya, dan untuk korban pendamaian.
Simbol persembahan berharga dalam bentuk batu permata dan wadah minyak

Kisah yang tercatat dalam Kitab Keluaran, pasal 35, ayat 27, memberikan gambaran yang indah tentang semangat memberi dan bagaimana persembahan yang tulus diterima di hadapan Tuhan. Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa "para pemimpin membawa batu permata aneka warna dan batu curai untuk efod dan untuk pelimpah, dan dupa dan minyak untuk pelita, dan untuk cahaya, dan untuk korban pendamaian." Penggambaran ini bukan sekadar daftar barang, melainkan cerminan dari hati yang rela berkorban dan keinginan untuk berkontribusi dalam pembangunan tempat kediaman Allah.

Perhatikan bahwa yang dipersembahkan bukanlah barang sepele atau sisa-sisa yang tidak terpakai. Sebaliknya, yang diberikan adalah hal-hal yang paling berharga: "batu permata aneka warna" yang indah dan berkilauan, serta "batu curai" yang mungkin memiliki nilai estetika dan simbolis tersendiri. Penggunaan batu permata ini ditujukan untuk pembuatan efod dan pelimpah, bagian penting dari pakaian imam yang dikenakan saat melayani di hadapan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa persembahan terbaik diperuntukkan bagi pelayanan yang paling suci.

Selain itu, persembahan juga mencakup "dupa dan minyak untuk pelita, dan untuk cahaya." Dupa memberikan aroma yang harum, menciptakan suasana kekudusan dan kekhusyukan dalam ibadah. Minyak untuk pelita memastikan bahwa cahaya senantiasa menyala, melambangkan kehadiran Tuhan yang terus-menerus menerangi umat-Nya, serta pelayanan yang tidak pernah padam. Hal ini mengingatkan kita bahwa persembahan kita tidak hanya bersifat material, tetapi juga spiritual, yang bertujuan untuk memuliakan Tuhan dan menerangi dunia.

Ayat ini juga menyebutkan persembahan untuk "korban pendamaian". Ini menegaskan bahwa persembahan tersebut memiliki tujuan untuk mendamaikan dan memulihkan hubungan. Baik itu persembahan untuk menutupi kesalahan atau persembahan sukarela untuk mengungkapkan rasa syukur dan devosi, semuanya diterima. Konsep keluaran 35 27 menekankan pentingnya ketulusan dan nilai dari apa yang dipersembahkan. Para pemimpin Israel pada masa itu tidak ragu untuk memberikan yang terbaik dari apa yang mereka miliki, yang menunjukkan kedalaman iman dan ketaatan mereka.

Di zaman sekarang, pesan dari keluaran 35 27 tetap relevan. Tuhan tidak hanya melihat jumlah atau kuantitas persembahan, tetapi lebih kepada hati yang memberi. Ketika kita mempersembahkan waktu, talenta, sumber daya, atau bahkan sekadar tenaga kita dengan tulus dan penuh sukacita, itu adalah persembahan yang menyenangkan hati Tuhan. Seperti para pemimpin di zaman Musa, kita dipanggil untuk memberikan yang terbaik dari diri kita, bukan karena kewajiban semata, tetapi karena kasih dan penghargaan yang mendalam kepada Sang Pencipta. Persembahan yang lahir dari kasih karunia dan sukacita akan selalu diterima dan mendatangkan berkat.