"Dan mereka membawa persembahan perak dan tembaga, dan mereka membawa persembahan kayu penaga, untuk segala pekerjaan yang harus dilakukan dengan memakai itu."
Ayat Keluaran 35 ayat 28 memberikan gambaran yang indah mengenai partisipasi umat Israel dalam membangun tempat kediaman Allah. Kata kunci keluaran 35 28 ini mengingatkan kita pada semangat ketaatan dan kemurahan hati yang ditunjukkan oleh umat pilihan Tuhan. Ketika Musa menerima instruksi ilahi untuk membangun Kemah Suci, sebuah wadah yang akan menjadi pusat ibadah dan kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya, respon yang muncul adalah luar biasa. Perintah untuk memberikan persembahan tidak hanya berlaku bagi orang kaya, tetapi juga bagi mereka yang memiliki keahlian dan bahan baku.
Ayat ini secara spesifik menyebutkan persembahan perak, tembaga, dan kayu penaga. Bahan-bahan ini merupakan elemen penting dalam konstruksi Kemah Suci. Perak dan tembaga digunakan untuk tiang-tiang, sambungan, dan ornamen-ornamen penting. Kayu penaga, yang dikenal karena kekuatan dan keindahannya, digunakan untuk membangun dinding-dinding dan bingkai struktur. Namun, yang lebih penting dari bahan itu sendiri adalah motivasi di baliknya. Umat Israel tidak memberikan persembahan karena paksaan, tetapi karena kerinduan mendalam untuk berpartisipasi dalam sebuah proyek kudus yang diperintahkan oleh Tuhan sendiri.
Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang prinsip pemberian yang diberkati. Ketika kita memberikan sesuatu kepada Tuhan, entah itu waktu, talenta, atau materi, itu harus dilakukan dengan hati yang sukarela dan penuh syukur. Keluaran 35 ayat 28 menunjukkan bahwa setiap orang dipanggil untuk berkontribusi sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki. Tidak ada yang dianggap terlalu kecil atau tidak berarti. Bahkan hal-hal yang tampak sederhana seperti kayu penaga memiliki peran krusial dalam keseluruhan rancangan ilahi.
Lebih dari sekadar bahan bangunan, persembahan ini melambangkan pengabdian diri kepada Tuhan. Semangat yang mendorong umat Israel adalah semangat membangun sesuatu yang akan memuliakan nama-Nya dan memungkinkan kehadiran-Nya untuk dirasakan. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana iman dapat termanifestasi dalam tindakan nyata. Mereka tidak hanya mendengarkan firman Tuhan, tetapi juga segera melaksanakannya dengan segenap hati. Semangat yang sama ini sepatutnya kita miliki dalam kehidupan kita saat ini, baik dalam pelayanan gereja maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Merenungkan Keluaran 35 ayat 28 juga membawa kita pada pemahaman bahwa pembangunan rohani, baik secara individu maupun komunal, memerlukan partisipasi aktif dari semua orang. Setiap elemen penting, setiap keahlian unik, dan setiap kontribusi yang tulus, bersatu padu untuk menciptakan sebuah bangunan yang kokoh dan indah di hadapan Tuhan. Marilah kita terus belajar dari kisah ini, memberikan yang terbaik dari apa yang Tuhan percayakan kepada kita, bukan karena kewajiban, tetapi karena cinta dan kerinduan untuk melihat kemuliaan-Nya dinyatakan lebih nyata di dunia ini.