Keluaran 36:20

"Janganlah seorang pun membuat mezbah batu untuk dipersembahkan korban bakaran atau korban sajian di atasnya; sebab segala persembahan adalah kudus bagi TUHAN."

Ayat Keluaran 36:20 adalah sebuah instruksi penting yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel melalui Musa. Instruksi ini berkaitan erat dengan pembangunan Kemah Suci, sebuah tempat ibadah yang harus mereka dirikan di padang gurun. Lebih dari sekadar aturan arsitektural, ayat ini mengandung makna teologis yang mendalam mengenai kesucian persembahan dan cara manusia berhadapan dengan Yang Mahakudus.

Pada konteksnya, Tuhan memerintahkan detail pembangunan Kemah Suci dan segala isinya. Salah satu elemen krusial adalah mezbah korban bakaran dan mezbah korban saji. Mezbah ini menjadi titik sentral di mana umat Israel mempersembahkan korban sebagai tanda pengakuan dosa, ucapan syukur, dan ketaatan kepada Tuhan. Namun, Tuhan memberikan larangan spesifik untuk tidak membuat mezbah dari batu sembarangan.

Larangan ini bisa diinterpretasikan dalam beberapa cara. Pertama, berkaitan dengan kemurnian dan kesucian. Batu yang digunakan untuk mezbah haruslah batu yang belum pernah diolah atau dipahat oleh tangan manusia. Penggunaan batu yang telah dipahat bisa dianggap menodai kesucian mezbah. Ini menunjukkan bahwa bahkan material yang digunakan untuk beribadah haruslah murni dan belum terkontaminasi oleh aktivitas manusia yang mungkin bersifat duniawi.

Kedua, ayat ini menekankan bahwa segala sesuatu yang dipersembahkan kepada Tuhan adalah kudus. Mezbah adalah tempat persembahan. Oleh karena itu, mezbah itu sendiri harus mencerminkan kekudusan dari apa yang dipersembahkan di atasnya. Membangun mezbah dari batu yang sembarangan, yang mungkin digunakan untuk keperluan sehari-hari atau bahkan hal-hal yang tidak kudus, akan merendahkan martabat persembahan dan hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Keluaran 36:20 mengajarkan kepada kita tentang pentingnya menghargai dan menghormati tempat serta cara kita beribadah. Ini bukan tentang ritualistik semata, tetapi tentang sikap hati yang benar. Persembahan kita, baik itu materi, waktu, tenaga, atau bahkan kehidupan kita, haruslah dipersembahkan dengan kesadaran penuh akan kekudusan Tuhan.

Di era modern ini, kita mungkin tidak lagi membangun mezbah batu secara harfiah. Namun, prinsip kekudusan persembahan tetap relevan. Bagaimana kita mengelola keuangan kita, bagaimana kita menggunakan waktu dan talenta kita, bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari – semua ini adalah bentuk persembahan kepada Tuhan. Apakah kita mempersembahkan yang terbaik, yang murni, yang tanpa cela, ataukah kita mempersembahkan sisa-sisa, yang dianggap "sembarangan"?

Ayat ini juga bisa mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga kekudusan dalam segala aspek kehidupan rohani kita. Kehidupan doa kita, cara kita melayani, dan komunitas tempat kita beribadah, semuanya harus dijaga agar tetap kudus dan layak di hadapan Tuhan. Kesadaran akan kekudusan Tuhan semestinya memotivasi kita untuk memberikan yang terbaik dalam setiap aspek persembahan kita, memastikan bahwa segala yang kita lakukan benar-benar "kudus bagi TUHAN". Keluaran 36:20 adalah pengingat abadi tentang nilai dan kekudusan dalam setiap aspek hubungan kita dengan Sang Pencipta.