"Sebab barang-barang yang perlu untuk segala pekerjaan membangun tempat suci itu telah dibawa orang begitu banyak, sehingga orang harus menyuruh orang berseru-seru kepada mereka: jangan lagi membawa persembahan atau barang apa pun."
Ayat Keluaran 36:7 menyajikan gambaran yang luar biasa tentang kelimpahan materi yang tersedia untuk pembangunan tempat suci Tuhan. Frasa "barang-barang yang perlu untuk segala pekerjaan membangun tempat suci itu telah dibawa orang begitu banyak" menggambarkan sebuah situasi yang unik dan penuh berkat. Ini bukan sekadar cukup, melainkan melampaui apa yang dibutuhkan. Kebanyakan proyek pembangunan memerlukan perencanaan yang cermat untuk memastikan semua material tersedia dan tidak ada pemborosan. Namun, dalam konteks pembangunan Kemah Suci, situasi yang terjadi justru kebalikannya.
Kelebihan ini bukanlah hasil dari perencanaan manusia yang sempurna, melainkan manifestasi dari kemurahan hati dan dorongan ilahi yang bekerja dalam hati umat Israel. Tuhan telah menggerakkan hati mereka untuk memberikan dengan sukarela, dan pemberian mereka begitu melimpah sehingga tidak hanya mencukupi, tetapi juga berlebihan. Situasi ini memunculkan sebuah instruksi yang menarik: "sehingga orang harus menyuruh orang berseru-seru kepada mereka: jangan lagi membawa persembahan atau barang apa pun." Ini menunjukkan tingkat kepenuhan sumber daya yang telah dicapai.
Makna di balik kelimpahan ini sangat mendalam. Pertama, ini adalah bukti nyata dari penyediaan Tuhan. Ketika Tuhan memerintahkan pembangunan Kemah Suci, Dia juga menyediakan sarana untuk mewujudkannya. Umat Israel tidak pernah dibiarkan kekurangan. Pemberian mereka adalah respons terhadap anugerah yang telah mereka terima sebelumnya, yaitu pembebasan dari perbudakan di Mesir. Kelimpahan material ini menjadi saksi bisu akan kuasa dan kesetiaan Tuhan dalam menopang umat-Nya.
Kedua, ayat ini menekankan pentingnya kemauan hati dalam memberi. Pemberian yang melimpah bukanlah karena paksaan, melainkan karena dorongan sukarela. Musa sendiri memerintahkan orang untuk berhenti memberi, bukan karena tidak ingin menerima, tetapi karena sudah terlalu banyak. Ini mengajarkan kita bahwa dalam memberikan kepada Tuhan atau untuk pekerjaan-Nya, kualitas hati lebih penting daripada kuantitas pemberian itu sendiri. Ketika hati dipenuhi dengan rasa syukur dan cinta kepada Tuhan, pemberian akan mengalir dengan sukarela dan seringkali melampaui ekspektasi.
Keluaran 36:7 juga dapat dilihat sebagai gambaran antisipatif dari berkat yang akan diterima umat Tuhan ketika mereka menaati-Nya. Ketika umat Israel bersatu dalam ketaatan dan memberikan dengan hati yang tulus, Tuhan memberkati mereka dengan kelimpahan. Hal ini berlaku tidak hanya dalam konteks pembangunan fisik Kemah Suci, tetapi juga dalam kehidupan rohani kita. Berkat-berkat Tuhan seringkali datang dalam bentuk yang melimpah, melebihi apa yang kita minta atau harapkan, sebagai buah dari hubungan yang taat dan penuh kasih dengan-Nya.
Pelajaran yang dapat kita petik adalah bahwa Tuhan adalah sumber segala berkat. Ketika kita terlibat dalam pekerjaan-Nya, kita tidak perlu khawatir akan kekurangan. Sebaliknya, kita didorong untuk memberi dengan sukarela dan dengan hati yang tulus, percaya bahwa Tuhan sanggup melimpahkan lebih dari cukup. Kelimpahan sumber daya untuk Kemah Suci adalah pengingat abadi akan kemurahan hati dan kuasa Tuhan yang tak terbatas.