Kitab Keluaran merupakan bagian krusial dari Perjanjian Lama, menceritakan kisah pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir di bawah kepemimpinan Musa. Bagian-bagian akhir kitab ini mendetailkan instruksi Allah kepada Musa untuk membangun Kemah Suci, sebuah tempat ibadah yang penuh dengan simbolisme dan kemuliaan ilahi. Ayub, yang disebutkan dalam ayat ini, adalah salah satu bagian terpenting dari Kemah Suci tersebut. Perintah spesifik untuk membuat sebelas kerub emas, masing-masing dengan ukuran yang presisi, menekankan keseriusan dan keindahan yang diperintahkan Allah untuk tempat kediaman-Nya di tengah umat-Nya.
Ayat Keluaran 37:20 secara spesifik membahas pembuatan kerub dari emas murni. Emas melambangkan kemurnian, kekayaan, dan keagungan ilahi. Kerub, sebagai makhluk surgawi yang sering digambarkan bersayap, melambangkan kehadiran dan penjagaan Allah. Perintah untuk membuat sebelas kerub, bukan sepuluh atau dua belas, mungkin memiliki makna simbolis tertentu yang berkaitan dengan struktur atau komponen lain dari Kemah Suci, meskipun detail lengkapnya tidak dijelaskan dalam ayat ini saja. Namun, yang terpenting adalah bahwa objek-objek ini dibuat dengan kesempurnaan dan bahan yang paling berharga, mencerminkan sifat Allah yang kudus dan mulia.
Penggunaan emas dalam pembuatan Kemah Suci, termasuk kerub, memiliki makna spiritual yang mendalam. Emas adalah logam mulia yang tidak berkarat dan mempertahankan kilaunya, menyimbolkan keabadian, kemurnian, dan kesucian Allah. Dalam konteks ini, emas menjadi representasi visual dari keilahian dan kemuliaan Tuhan yang hadir di antara umat-Nya. Setiap detail dalam pembangunan Kemah Suci, mulai dari bahan yang digunakan hingga rancangan yang diberikan, adalah perintah langsung dari Allah untuk menunjukkan kepada umat-Nya betapa kudus dan terhormatnya Dia.
Kerub sendiri memiliki peran penting dalam narasi Alkitab. Dalam Kejadian, kerub ditempatkan untuk menjaga jalan menuju Pohon Kehidupan setelah kejatuhan manusia. Dalam Kemah Suci dan kemudian Bait Suci, kerub menghiasi Tabut Perjanjian, tempat kehadiran Allah dianggap paling kuat. Keberadaan kerub di atas Tabut, dengan sayap terentang menutupi penutup tabut (disebut tutup pendamaian), melambangkan bahwa Allah bersemayam di atas umat-Nya, dan kerub menjadi penjaga serta perantara yang menegaskan kekudusan dan keadilan-Nya.
Meskipun kita tidak lagi membangun Kemah Suci secara fisik dengan cara yang sama, prinsip-prinsip yang terkandung dalam pembangunan Kemah Suci tetap relevan. Ayat seperti Keluaran 37:20 mengingatkan kita bahwa Allah layak mendapatkan yang terbaik dari kita. Ketika kita menyembah-Nya, mengabdikan diri kepada-Nya, atau bahkan dalam kegiatan sehari-hari kita, kita dipanggil untuk melakukannya dengan integritas, dedikasi, dan kualitas tertinggi, sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan yang kudus dan mulia.
Kisah pembangunan Kemah Suci juga mengajarkan pentingnya ketaatan pada perintah ilahi. Musa dan orang Israel tidak berimprovisasi; mereka mengikuti rancangan yang diberikan oleh Allah dengan setia. Ini menggarisbawahi bahwa hubungan kita dengan Tuhan dibangun di atas dasar ketaatan dan kepercayaan. Mengamati detail seperti pembuatan kerub emas dari Keluaran 37:20 memberikan kita pandangan sekilas tentang betapa berharganya dan teraturnya rencana Allah bagi umat-Nya, bahkan dalam detail terkecil sekalipun. Kemuliaan dan keindahan yang digambarkan dalam Kemah Suci adalah bayangan dari kemuliaan surgawi yang jauh lebih besar.