Kisah yang tertulis dalam Kitab Keluaran pasal 38 ayat 13 memaparkan sebuah momen penting dalam pembangunan Kemah Suci. Ayat ini tidak hanya menyebutkan nama-nama individu, tetapi juga menyoroti keterampilan dan peran krusial yang mereka miliki dalam sebuah proyek yang sarat makna spiritual dan teknis. Dalam konteks yang lebih luas, Keluaran 38:13 menggarisbawahi pentingnya keahlian khusus dan dedikasi dalam mewujudkan visi ilahi. Ia menunjukkan bagaimana Tuhan memilih dan memberdayakan individu dengan talenta unik untuk melaksanakan tugas-tugas besar.
Tokoh yang disebutkan, Ahisamak bin Ahisuram, adalah seorang ahli dalam berbagai bentuk seni kerajinan. Ia tidak hanya ahli dalam pekerjaan ukiran, sebuah seni yang membutuhkan ketelitian tinggi dan pemahaman mendalam tentang material, tetapi juga sangat terampil dalam pekerjaan tenun dan sulaman. Keterampilannya mencakup penggunaan bahan-bahan mewah seperti benang biru, ungu, dan merah tua, yang seringkali melambangkan kemuliaan dan kekuasaan, serta lenan halus, yang diasosiasikan dengan kemurnian dan kesucian. Kemampuan untuk bekerja dengan berbagai tekstur dan warna ini menunjukkan tingkat keahlian yang luar biasa, bahkan menurut standar modern.
Penyebutan Oholiab bin Ahisamak sebagai pemimpin tim menunjukkan adanya struktur organisasi yang jelas di bawah kepemimpinan ahli-ahli ini. Hal ini menggarisbawahi bahwa proyek sebesar dan serumit pembangunan Kemah Suci tidak hanya mengandalkan kejeniusan individu, tetapi juga pada kemampuan untuk bekerja sama, mengorganisir, dan mengarahkan sumber daya serta tenaga kerja. Keluaran 38:13, meskipun ringkas, membuka jendela ke dalam dunia para pengrajin yang memainkan peran vital dalam sejarah spiritual umat.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa setiap individu dianugerahi kemampuan unik yang dapat digunakan untuk tujuan yang lebih besar. Dalam konteks modern, prinsip ini tetap relevan. Baik itu dalam bidang seni, teknologi, pendidikan, atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari, mengenali dan mengembangkan bakat kita, serta menggunakannya untuk kebaikan bersama, adalah sebuah panggilan. Keahlian Ahisamak dalam menciptakan keindahan dan ketelitian dalam detail menjadi metafora tentang bagaimana perhatian pada hal-hal kecil, namun dilakukan dengan sempurna, dapat berkontribusi pada kesempurnaan yang lebih besar.
Lebih jauh lagi, penggunaan warna-warna yang spesifik dalam ayat ini – biru, ungu, merah tua – mengisyaratkan adanya simbolisme yang mendalam terkait dengan aspek spiritual. Setiap warna dapat mewakili dimensi yang berbeda dari keberadaan ilahi atau status kekudusan. Lenan halus menambahkan lapisan lain, yang menekankan kemurnian dan kesederhanaan yang juga penting dalam sebuah tempat ibadah. Dengan demikian, Keluaran 38:13 bukan sekadar daftar nama dan pekerjaan, melainkan sebuah narasi tentang kolaborasi ilahi-manusia, pentingnya keahlian, dan makna mendalam di balik setiap elemen yang diciptakan untuk menghormati Yang Maha Kuasa.