"Dan seluruh perkakas mezbah Imam Besar itu, yakni mezbah korban bakaran, mezbah roti sajian, serta perkakasnya, tiang-tiangnya, dan semua tali temali, semuanya dibuat oleh Hizkia bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, sesuai dengan segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa."
Ilustrasi visual abstrak dari Kemah Suci dan perkakasnya.
Ayat Keluaran 38:23 ini memberikan detail penting mengenai penyelesaian pembangunan Kemah Suci. Fokus utama ayat ini adalah pada penyebutan "seluruh perkakas mezbah Imam Besar," yang mencakup mezbah korban bakaran dan mezbah roti sajian, beserta perlengkapan pendukungnya seperti tiang-tiang dan tali temali. Hal ini menekankan ketelitian dan kelengkapan setiap elemen yang dibuat untuk ibadah kepada TUHAN.
Pentingnya ayat ini tidak hanya terletak pada daftar barang, tetapi juga pada penekanan bahwa semua pengerjaan dilakukan "sesuai dengan segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa." Ini menggarisbawahi kedaulatan dan ketepatan ilahi dalam setiap detail rancangan ibadah. TUHAN tidak hanya memberikan gambaran umum, tetapi instruksi yang spesifik, dan umat-Nya diwajibkan untuk menaatinya dengan setia.
Penyebutan nama Hizkia bin Uri bin Hur, serta suku Yehuda, memberikan sentuhan historis dan pribadi pada narasi. Ini menunjukkan bahwa penyelesaian tugas besar ini melibatkan individu-individu yang ditunjuk dan diberdayakan oleh TUHAN melalui Musa. Kemegahan dan kesakralan Kemah Suci bukan hanya hasil dari material yang mahal, tetapi terutama karena ketaatan dan ketelitian dalam pelaksanaannya sesuai dengan firman ilahi.
Keluaran 38:23 mengingatkan kita bahwa ibadah yang benar adalah ibadah yang berdasarkan pada ketetapan Tuhan. Setiap aspek, dari mezbah utama hingga tali temali terkecil, memiliki peran dalam sistem ibadah yang telah ditetapkan. Detail-detail ini membangun gambaran tentang kemuliaan dan keteraturan yang seharusnya ada dalam penyembahan kita. Dengan demikian, ayat ini menjadi pengingat akan pentingnya kesungguhan dan ketaatan dalam setiap aspek pelayanan dan ibadah kita kepada Tuhan.
Ayat ini menjadi bukti dari semangat gotong royong dan keahlian yang diarahkan untuk tujuan ilahi. Pekerjaan besar ini tidak diselesaikan oleh satu orang, melainkan melibatkan tangan-tangan terampil yang bekerja di bawah bimbingan Musa. Detail dalam penyebutan nama-nama pengrajin dan suku mereka menunjukkan adanya pengakuan terhadap kontribusi individu dalam sebuah proyek yang lebih besar.
Dari mezbah korban bakaran yang menjadi pusat pengampunan dosa, hingga mezbah roti sajian yang melambangkan pemeliharaan Tuhan, semua perkakas tersebut dirancang untuk memfasilitasi hubungan antara Tuhan dan umat-Nya. Ayat ini, meskipun tampak teknis, menyimpan makna teologis yang dalam tentang bagaimana Tuhan ingin disembah. Keindahan dan kerapian Kemah Suci mencerminkan kemuliaan Tuhan sendiri.
Penyelesaian Kemah Suci merupakan tonggak penting dalam perjalanan Israel. Ini adalah manifestasi fisik dari kehadiran Tuhan di antara umat-Nya. Setiap detail, seperti yang dirinci dalam Keluaran 38:23, berkontribusi pada keseluruhan pengalaman ibadah yang sakral. Memahami ayat ini membantu kita menghargai betapa seriusnya Tuhan memandang ibadah dan bagaimana setiap elemen memiliki tujuannya.
Lebih dari sekadar catatan sejarah, Keluaran 38:23 menawarkan pelajaran abadi tentang pentingnya ketelitian, ketaatan, dan dedikasi dalam segala hal yang kita lakukan bagi Tuhan. Ini mendorong kita untuk memeriksa kembali cara kita beribadah dan melayani, memastikan bahwa semuanya selaras dengan kehendak-Nya, seolah-olah kita juga adalah Hizkia yang membangun dengan teliti sesuai perintah Ilahi.