Peran Penting Loh Batu dalam Sejarah
Kisah loh batu dalam Keluaran 39 ayat 20 mengacu pada momen penting dalam perjalanan bangsa Israel. Setelah peristiwa di Gunung Sinai, di mana Tuhan memberikan Sepuluh Perintah kepada Musa, Musa diperintahkan untuk membuat loh batu sebagai wadah bagi hukum-hukum ilahi tersebut. Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa loh batu yang pertama telah rusak, kemungkinan besar karena kemarahan Musa saat melihat bangsa Israel menyembah patung anak lembu emas. Dengan demikian, Tuhan kembali memberikan loh batu kepada Musa, menandakan kesabaran-Nya dan pentingnya kembali taat pada firman-Nya.
Simbol Perjanjian dan Komitmen
Loh batu ini bukan sekadar batu biasa. Ia adalah simbol perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Penulisan Sepuluh Perintah pada batu menunjukkan ketahanan dan keabadian hukum Tuhan, yang tidak akan mudah hilang atau terlupakan. Fakta bahwa Tuhan menuliskannya dengan jari-Nya sendiri menekankan otoritas dan keseriusan setiap perintah yang diberikan. Bagi bangsa Israel, loh batu ini menjadi pengingat konstan akan tanggung jawab mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan menjaga hubungan perjanjian yang telah terjalin. Setiap kali mereka memandang loh batu tersebut, mereka diingatkan akan janji kesetiaan mereka kepada Tuhan dan janji perlindungan Tuhan kepada mereka.
Kejadian Musa naik kembali ke gunung untuk menerima loh batu yang baru juga mengajarkan nilai penting mengenai pengampunan dan kesempatan kedua. Meskipun bangsa Israel telah berdosa besar, Tuhan memberikan kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki kesalahan mereka dan memulai kembali. Musa, sebagai perantara, memainkan peran krusial dalam memfasilitasi rekonsiliasi ini. Tindakannya membawa loh batu yang baru kembali ke tengah umatnya adalah tanda harapan baru dan awal yang bersih. Ini menunjukkan bahwa bahkan setelah kegagalan, ada kemungkinan untuk kembali kepada jalan yang benar.
Makna Teologis dan Relevansinya
Dalam konteks teologis yang lebih luas, kisah loh batu ini dapat dipahami sebagai prekursor dari perjanjian yang lebih baru. Jika loh batu mewakili hukum yang tertulis di batu, perjanjian baru dalam Perjanjian Baru berbicara tentang hukum yang ditulis di hati manusia melalui Roh Kudus. Namun, prinsip dasar kesetiaan, ketaatan, dan hubungan perjanjian tetap sama. Keluaran 39 20 mengingatkan kita bahwa dasar dari iman adalah pengenalan akan Tuhan dan komitmen untuk hidup sesuai dengan perintah-Nya, terlepas dari apakah perintah itu tertulis di batu atau di hati kita. Ini adalah landasan bagi kehidupan yang bermakna dan hubungan yang kuat dengan Sang Pencipta.
Pentingnya loh batu juga terlihat dari bagaimana ia disimpan. Tabut Perjanjian, yang berisi loh batu tersebut, menjadi pusat ibadah dan kehadiran Tuhan di antara umat-Nya. Ini menunjukkan bahwa hukum Tuhan harus ditempatkan di tempat yang paling mulia dan dihormati. Kepatuhan terhadap hukum Tuhan adalah kunci untuk kedamaian, keadilan, dan kemakmuran spiritual bagi individu maupun seluruh bangsa.