SUCI TUHAN TUHAN

Keluaran 39:35

"Taurat itu haruslah engkau persembahkan, TUHAN memberi perintah kepada Musa."

Rincian Kemuliaan Kemah Suci yang Dibuat

Kitab Keluaran, khususnya pasal 39, membawa kita pada sebuah gambaran yang sangat mendetail mengenai penyelesaian pekerjaan pembangunan Kemah Suci. Ini bukan sekadar bangunan fisik, melainkan sebuah manifestasi dari hadirat Allah di tengah umat-Nya. Ayat 35, yang kita renungkan hari ini, menyoroti sebuah aspek krusial: persembahan dan ketaatan terhadap perintah ilahi. Musa, sebagai pemimpin yang ditunjuk, bertugas untuk menyampaikan serta memastikan bahwa setiap detail pekerjaan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Tuhan sendiri.

Seluruh proses pembangunan Kemah Suci adalah sebuah kisah tentang keseriusan, ketekunan, dan ketaatan. Mulai dari pemilihan bahan-bahan yang terbaik, seperti emas murni, perak, tembaga, kain lenan halus, serta permata-permata yang indah, hingga pengerjaan yang sangat presisi. Setiap elemen memiliki makna simbolis dan teologis yang mendalam. Emas melambangkan kemuliaan dan keilahian, lenan halus melambangkan kesucian, dan warna-warna seperti biru keunguan, ungu curam, dan merah padam mewakili keagungan dan pengorbanan.

Bahkan benda-benda seperti tabir pintu masuk, pelita, mezbah pembakaran dupa, dan tabut perjanjian—inti dari Kemah Suci—semuanya dibuat dengan ketelitian luar biasa. Para pengrajin yang dipilih Tuhan, seperti Bezaleel dan Oholiab, dianugerahi hikmat dan keterampilan khusus oleh Roh Allah untuk melaksanakan tugas mulia ini. Mereka bukan sekadar tukang, tetapi para seniman ilahi yang karyanya mencerminkan keindahan dan keteraturan surgawi.

Yang membuat keseluruhan pekerjaan ini begitu istimewa adalah motivasinya. Bukan untuk kemegahan manusia, melainkan untuk menciptakan tempat tinggal Allah. Kemah Suci dirancang untuk menjadi pusat ibadah, tempat umat Israel dapat mendekat kepada Tuhan, mempersembahkan korban, dan menerima tuntunan-Nya. Ini adalah pengingat visual yang konstan tentang perjanjian yang dibuat Tuhan dengan umat-Nya dan kesetiaan-Nya kepada mereka.

Keluaran 39:35 menekankan bahwa segala sesuatu yang dilakukan adalah "taurat" yang dipersembahkan. Kata "taurat" di sini bukan hanya merujuk pada hukum, tetapi juga pada apa yang telah dipercayakan atau diamanatkan. Pekerjaan yang dilakukan merupakan respons umat terhadap mandat dari Sang Pencipta. Ini adalah sebuah tindakan penyembahan yang terwujud dalam karya tangan dan hati yang taat. Perintah Tuhan bukan beban, melainkan sebuah karunia yang memungkinkan mereka berpartisipasi dalam rencana ilahi.

Ketika pekerjaan selesai, dan Musa melihat semua itu, seperti yang dicatat dalam Keluaran 39:42-43, dia memberkati mereka. "Demikianlah diselesaikan segala pekerjaan pembangunan Kemah Suci, sesuai dengan segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. Dan Musa melihat segala pekerjaan itu, dan sesungguhnya mereka telah melakukannya: seperti yang diperintahkan TUHAN, demikianlah mereka melakukannya. Lalu Musa memberkati mereka." Pemberkatan ini adalah pengakuan atas keberhasilan dalam memenuhi mandat ilahi. Kemuliaan yang terpancar dari Kemah Suci yang selesai bukan hanya kemuliaan para pembuatnya, melainkan kemuliaan Tuhan sendiri yang berdiam di dalamnya.

Kisah pembangunan Kemah Suci, dengan penekanan pada Keluaran 39:35, mengajarkan kita bahwa ketaatan terhadap perintah Tuhan, yang disertai dengan ketekunan dan keahlian, adalah bentuk ibadah yang bernilai. Setiap aspek kehidupan kita dapat menjadi persembahan yang memuliakan nama-Nya, jika kita melakukannya dengan hati yang murni dan tulus mengikuti pimpinan-Nya.